Saturday, January 21, 2012

Tagged under: , , , ,

[Review] The Artist (2011)

"If you want to be an actress, you need to have something the others don't" ~ George Valentin

Siapa sangka bahwa film bisu hitam putih ini merupakan film yang dirilis tahun 2011? Ya, tampaknya dari 7 miliar manusia di muka bumi, hanya Michel Hazanavicius yang mempunyai ide cemerlang untuk menghidupkan kembali roh film bisu yang telah lama mati seperti ini. Di saat film-film dengan teknologi super canggih CGI sedang marak-maraknya, The Artist muncul dengan terobosan yang memang bukan barang baru lagi di dunia perfilman, tapi merupakan barang baru di tengah perfilman abad 21 seperti ini.


Suara, tampaknya menjadi musuh utama bagi George Valentin (Jean Dujardin), seorang aktor film bisu Hollywood. Ia punya uang, rumarh megah bak istana, dan popularitas. Tapi semuanya hancur hanya karena "suara". Di sisi lain, ada Peppy Miller (Bérénice Bejo), yang pada awalnya hanyalah seorang figuran, malah menempuh kesuksesan karena "suara". Ia menjadi seorang bintang bersinar yang dipuja-puja di Hollywood sana. Itu semua bermula saat bos George, Al Zimmer (John Goodman) ingin mencoba meninggalkan dunia film bisu dan beralih ke film dengan suara, suatu hal yang masih tergolong baru di tahun 1927. The end of the silent-movie era.

Tapi, sebuah film pasti akan hancur kalau tidak didukung departemen akting yang baik. Jean Dujardin dan Bérénice Bejo berhasil membuat saya kagum. Entah sihir apa yang mereka pakai, sampai mereka benar-benar dapat berakting semeyakinkan itu. Mereka berhasil membawa aura para aktor dan aktris film film bisu pada jamannya dengan begitu apik.


Nah, untuk urusan scoring, The Artist tak mau ketinggalan. Scoring yang sejatinya merupakan "emosi" sekaligus pengiring dalam film ini tak ubanya juga bisa menjadi sebuah terapi bagi telinga para pendengarnya. Tak heran jika penghargaan Golden Globe untuk Best Original Score jatuh ke tangan The Artist.

Meskipun Hazanavicius menyajikan sebuah film bisu, namun tentu saja Hazanavicius tak mau egois. Ia menggabungkan sebuah momen dimana ia memanfaatkan kebisuan film ini dengan "suara". Brilian memang. Tak sampai itu saja, ending film ini juga sempat membuat saya tertipu. Bang!


Sekali lagi, saya salut dengan ide sutradara asal Perancis ini. Hazanavicius berhasil menyuguhkan suatu tontonan yang membius, mempesona, menarik, unik, sekaligus mengobati rasa rindu kita terhadap film-film bisu klasik, meskipun hanya selama 100 menit. Tak hanya itu, para pemainnya berhasil memainkan performa yang begitu apik, terlebih untuk Jean Dujardin. Penyutradaraan sempurna, akting apik, scoring yang memanjakan telinga, koreografi tap dance yang ciamik. The Artist berhasil membisukan saya dari awal hingga akhir.

8.5/10



0 comments:

Post a Comment