Wednesday, December 12, 2012

Tagged under: , , , , , ,

[Review] Pitch Perfect (2012)

"Even though some of you are pretty thin, you all have fat hearts, and that's what counts." ~ Fat Amy

Pitch Perfect, mendengar judulnya saja pasti telah terbayangkan bagaimana film ini. Tentu saja musikal dan selama durasinya, tentu juga dipenuhi banyaknya penampilan musikal. Tapi, kali ini sedikit berbeda. Pernah dengar accapella? Ya, menyanyi tanpa intrumen musik apapun, semuanya hanya dari mulut, bahkan hingga musik pengiring sekalipun. Dan kali ini serta untuk pertama kalinya (CMIIW), Pitch Perfect membawa gaya menyanyi tersebut. Pitch Perfect yang disutradarai oleh Jason Moore ini sendiri diadaptasi dari novel karya Mickey Rapkin yang berjudul sama.

Selain Jason Moore yang memulai debut film bioskopnya lewat Pitch Perfect, ada juga nama Kay Cannon yang juga memulai debut scriptwriting-nya dalam film bioskop setelah menulis script untuk serial TV, 30 Rock, dan bahkan pernah dinominasikan untuk 3 Emmy Awards. Sedangkan, Jason Moore juga pernah dinominasikan untuk Best Dircetor dalam Tony Award dalam teater musikal berjudul Avenue Q. Dalam jajaran cast, Pitch Perfect memiliki nama besar Anna Kendrick yang pernah tampil cemerlang dalam Up in the Air yang membuahkan nominasi Oscar untuk Best Supporting Actress. Ada pula Brittany Snow yang telah punya pengalaman dalam musikal Hairspray, Skylar Astin, Rebel Wilson, dan Anna Camp.


Pitch Perfect dibuka oleh penampilan memukau dari Treblemakers, grup accappela pria dari Universitas Barden yang mengikuti kompetisi International Championship of Collegiate A Cappella (ICCA) di Lincoln Center. Penampilan itu dilanjutkan oleh peserta lain yang juga berasal dari Universitas Barden, The Barden Bellas, yang kesemua anggotanya merupakan wanita. Berbanding terbalik dengan penampilan Treblemakers yang mengundang tepuk tangan penonton, kali ini dalam penampilan Barden Bellas, penonton malah dikejutkan dengan sebuah tragedi memalukan.

Satu tahun kemudian, kisah beralih ke Beca (Anna Kendrick), seorang freshman di Universitas Bardem. Iaadalah seorang DJ yang dengan terpaksa masuk kuliah karena dorongan ayahnya. Suatu saat, ia memutuskan untuk bergabung dengan Berden Bellas, bersama dengan dua senior Aubrey (Anna Camp) dan Chloe (Brittany Snow), serta Fat Amy (Rebel Wilson), Cynthia Rose (Ester Dean), Stacie (Alexis Knapp), dan lainnya. Sampai saat itu, Treblemakers, yang dipimpin Bumper (Adam DeVine) si menyebalkan, masih menjadi rival terberat. Untuk membayar kesalahan Barden Bellas tahun lalu, Aubrey, yang menjadi pemimpin dalam grup ini bertekad untuk mengikuti kompetisi ICCA dan berniat kembali ke final di Lincoln Center hingga akhirnya meraih juara dalam kompetisi tersebut. Tapi, tentu saja mereka harus melewati jalan berliku dan menyingkirkan Treblemakers terlebih dahulu untuk menjadi juara.


Salah satu hal yang patut diacungi jempol dalam Pitch Perfect adalah dialog. Skenario hasil racikan Kay Cannon yang diadaptasi dari novel non-fiksi Mickey Rapkin ini dapat menghadirkan dialog-dialog cemerlang dan segar sepanjang durasinya. Berterimakasih juga lah pada Rebel Wilson, yang kali ini memegang peranan terpenting dalam menyampaikan setiap dialog-dialog kocak tersebut, apalagi sebelumnya ia telah mendapatkan pengalaman lewat Bridesmaids. Tentu saja, siapa yang tak mengingat perannya dalam Bridesmaids? Perannya memang kecil, tapi sangat mudah untuk diingat.

Sayang, karakterisasi yang ada dalam Pitch Perfect sendiri tergolong terbatas. Para karakternya tak diberi ruang lebih untuk dapat digali lebih dalam. Belum lagi dengan karakter-karakter yang stereotip yang berseliweran, meski yah, karakter mereka sangat menarik. Plot dalam film ini juga sebenarnya sangat khas film musikal zaman sekarang dan predictable. Namun, meski terasa seperti mash-up antara Glee dan Step Up, tapi tetap saja Pitch Perfect adalah film yang sangat mudah untuk dicintai, atau bahkan diputar berulang-ulang.


Terlepas betapa stereotipnya karakter-karakter yang ada dan terbatasnya karakterisasi, tapi tetap saja tak dapat menghalangi departemen aktingnya. Rebel Wilson (Rebel, it's her real given name. What a name!) muncul sebagai scene stealer. Dengan dialog-dialog ajaib, kelakuan-kelakuan aneh dan konyol, serta kharisma kuatnya, membuat siapa saja jatuh hati dengan karakternya. Karakter ini benar-benar mengingatkan saya dengan Melissa McCarthy dalam Bridesmaids. Fisik yang sama, dialog yang juga sama-sama cerdasnya. Untungnya, Anna Kendrick, sang pemeran utama, juga tak tenggelam, meski Rebel Wilson sangat cemerlang dalam film ini. Ia juga dapat mengimbangi Rebel Wilson yang konyol.

Karakter yang memerankan seorang pemimpin yang terlalu terobsesi dengan kemenangan hingga akhirnya malah bergaya  bak diktator berhasil digambarkan dengan sangat baik oleh Anna Camp. Brittany Snow juga ikut mengekor Anna Camp, dengan memerankan senior yang ramah dan selalu baik kepada siapa saja, meski di beberapa momen saya sempat bingung dengan karakternya yang rasanya terlalu perhatian terhadap Beca. Kalau di Barden Bellas ada Rebel Wilson sebagai Fat Amy yang konyol, maka di Treblemakers ada Utkarsh Ambudkar sebagai Donald yang juga sangat menarik perhatian. Karakter yang cool, ditambah lagi dengan dialog kaya humor namun tak kalah dinginnya.


Pitch Perfect tak hanya berbicara tentang pitch sempurna dan humor cerdas, ia juga berbicara tentang kisah cinta. Dalam hal ini, Pitch Perfect menghadirkan kisahnya dengan cukup baik, meski kisahnya sendiri tak terlalu istimewa. Chemistry yang dibentuk Anna Kendrick dan Skylar Astin dapat terjalan dengan kuat, yang menjadikannya kekuatan utama dalam porsi romansa ini. Selain itu, jangan lupakan chemistry ayah-anak antara Anna Kendrick dengan John Benjamin Hickey yang juga berjalan tak kalah kuatnya.

Tentu, setiap penampilan musikal dalam film ini tak boleh dilupakan.sedikitpun. Dari opening, kita sudah dipukau oleh penampilan dari Treblemakers, meski akhirnya harus diakhiri dengan tragedi tak terlupakan Barden Bellas. Penampilan musikal mulai dari audisi, riff-off, hingga final ICCA dapat dengan mudah memukau kita. Setiap aransemen dan medleynya benar-benar matangBeberapa performance juga dilengkapi dengan koreografi yang sama-sama sangat dipersiapkan dengan baik. Pilihan lagunya juga tergolong tepat dan seimbang, tak hanya berakar pada pop masa kini. Ada pula lagu-lagu jadul, seperti Mickey, Hit Me with Your Best Shot, sampai Like A Virgin yang legendaris itu.


Simak bagaimana para peserta audisi menyanyikan 'Since U Been Gone' milik Kelly Clarkson, Barden Bellas yang menyanyikan 'No Diggity' dari Backstreet Boys feat. Dr. Dre dan Queen Pen yang super groovy dengan sedikit sentuhan perkusi yang mengingatkan saya dengan 'Rolling in the Deep', atau bagaimana mereka meramu 'Price Tag', 'Don't You', 'Party in the USA', 'Give Me Everything', 'Just the Way You Are', dan 'Turn the Beat Around' menjadi sebuah medley yang benar-benar cool. Semua itu tentu merupakan sihir mujarab yang dapat dengan mudahnya membuat kepala bergoyang menikmati setiap alunan lagu. Extremely ear-catching!

Pitch Perfect memang belum sempurna, ibaratnya dalam hal menyanyi, masih ada beberapa bagian yang pitchy, meski film ini sendiri memilik banyak momen dengan 'pitch' sempurna. Plotnya juga tergolong sudah dipakai ratusan kali. Namun, dengan departemen akting memukau yang dipimpin Anna Kendrick serta Rebel Wilson yang mencuri perhatian, dialog humor nan cerdas, dan berbagai penampilan musikal dengan pilihan lagu catchy yang dikemas, diaransemen, lalu di-mash-up dengan sangat baik, membuat Pitch Perfect menjadi salah satu musikal paling menghibur yang pernah ada. Sangat formulatic dan predictable, tapi juga sangat menyenangkan. Are you ready to get pitch slapped?!

0 comments:

Post a Comment