Saturday, June 11, 2011

Tagged under: ,

[Review] 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta, Kembali Mengangkat Tema Sensitif

 "Kita lihat aja nanti!" ~ Rosid dan Delia

Directed by Benni Setiawan Produced by Putut Widjanarko Written by Benny Setiawan Starring Reza Rahadian, Laura Basuki, Arumi Bachsin, Henidar Amroe, Rasyid Karim, Ira Wibowo, Robby Tumewu, Zainal Abidin Domba, Jay Wijayanto, M Assegaf, Gesi Silvia, Haddad Alwi Music by Thoersi Argeswara Cinematography Roy Lolang Editing by NCesa David Luckmansyah Studio Mizan Production Running time 100 minutes Country Indonesia Language Indonesian

Hey, readers! Kali ini saya mencoba mereview, salah satu film Indonesia, 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta, film yang diadaptasi dari novel bestseller karya Ben Shohib, The Da Peci Code. Sebenarnya, saya tertarik nonton film ini karena film yang disutradarai oleh Benni Setiawan ini, telah meraih berbagai penghargaan, contohnya di IMA dan FFI, walaupun sebenarnya, pada awalnya saya sedikit ragu, takutnya filmnya mengecewakan, karena mendapat berbagai penghargaan bukan berarti bagus, bukan? Ternyata, hasilnya tidak mengecewakan kok, tidak istimewa tapi cukup bagus, hehe.

Tema film ini berkisah tentang dua insan manusia yang dipisahkan oleh perbedaan keyakinan. Tema ini telah terlebih dahulu diangkat salah satu film indie, cin(T)a. Bedanya, film ini disampaikan dengan cara yang lebih 'halus' melalui drama komedi, berbeda dengan cin(T)a yang disampaikan dengan cara yang lebih serius. Ya, memang hal yang serius tidak melulu harus disampaikan dengan cara yang serius pula, mungkin dengan drama komedi, pesan yang disampaikan akan lebih masuk, setuju? Walaupun saya rasa komedi dalam film ini masih agak terasa 'dangkal'.


Oke, beralih ke tema cerita. Rosid (Reza Rahardian), seorang penyair muslim muda berambut layaknya brokoli (baca : kribo) yang terobsesi dengan WS Rendra yang mengalami konflik dengan ayahnya, Mansur (Rasyid Karim) karena ayahnya menginginkan anaknya untuk memakai peci, karena ayahnya menganggap peci adalah salah satu lambang kesetiannya bagi agama. Sedangkan Rosid beranggapan bahwa peci hanyalah salah satu dari lambang tradisi keagamaan para leluhurnya dan Rosid tidak ingin mencampur-baurkan agamanya dengan tradisi-tradisi leluhur layaknya peci tersebut. Dalam hal ini, sosok ibu dari Rosid yang penyabar, Muzna (Henidar Amroe), mencoba untuk menengahkan konflik antara Rosid dengan Ayahnya. Belum selesai masalahnya dengan sang ayah, ditambah lagi dengan masalah yang ia alami dengan kekasihnya, seorang gadis nasrani kaya raya, Delia (Laura Basuki) yang terhalang tebalnya dinding perbedaan keyakinan. Pedihnya lagi, orang tuanya memustuskan untuk menjodohkan Rosid dengan seorang gadis muslimah, Nabila (Arumi Bachsin).


Film ini memang bukan film yang istimewa tapi cukup bagus. Mungkin karena adanya beberapa adegan komedi yang terlihat terlalu dipaksakan dan sebenaranya tidak penting sama sekali juga garing jaya. Juga tidak mulusnya jalan cerita dalam film ini. Kadang baik dan berjalan mulus, kadang tidak, kadang baik, kadang juga tidak, dan seterusnya. Tampaknya, sutradara kurang serius dalam menyampaikan jalan cerita dalam film ini. Terlebih lagi untuk film dengan tema berat namun disampaikan dengan santai, pasti sulit untuk menyusun naskah film ini, harus disampaikan dengan cara santai namun juga masuk ke kepala para penontonnya sekaligus tidak terkesan menggurui.


Soal akting, tidak ada yang terlalu menonjol dalam film ini. Akting Reza Rahardian saya rasa belum maksimal dalam film ini. Mungkin hanya Henidar Amroe dan Arumi Bachsin yang berakting cukup maksimal, terlebih Henidar Amroe yang membawakan karakter ibu penyayang sekaligus penyabar dengan sangat baik. Sayangnya disini Arumi Bachsin terasa hanya sebagai 'stiker' karena ketebatasan porsinya, sehingga masih terbatas untuk menunjukkan kemampuan aktingnya sebagai gadis muslimah berjilbab yang lugu. Untuk Laura Basuki, sepertinya ia masih  kaku membawakan karakternya sebagai Delia, mungkin lebih tampak sedang bermain sinetron kali ya? .

[Warning! : Bagi yang belum nonton film ini, disarankan jangan baca kalimat-kalimat dibawah ini, karena agak sedikit spoiler]
Ada sebagian orang yang tidak suka dengan ending film ini, tidak termasuk saya. Sebenarnya saya suka kok dengan ending film ini. Adil (walaupun endingnya seharusnya bisa lebih baik lagi). Terlebih di Indonesia, coba mereka memilih ending lain, pasti langsung ricuh seluruh negeri, hehe. Mengingat tema yang diangkat film ini memang cukup sensitif di Indonesia. Mungkin salah satu faktor yang membuat beberapa orang kecewa adalah, karena pada awalnya salah satu tokoh diceritakan mulai mendekati salah satu agama pasangannya, kali ya?
[Spoiler berakhir, hehe]

Ya, 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta memang salah satu film Indonesia berkualitas, tidak seperti film asal-asalan yang disutradarai oleh KK Dheeraj ata Nayato Fio Nuala (alias Koya Pagayo, Ian Jacobs, Pingkan Utari dan Ciska Doppert) yang selalu saja membuat film-film sampah nan gak berkualitas sama sekali plus nol kreatifitas (sadis). Sayangnya bumbu komedi di dalamnya terkesan garing jaya, hehe. Layak tonton? Pasti!

RATE :
Klik gambar untuk memperjelas

By the way, untuk pertama kalinya saya bikin kayak beginian. Cuma buat lebih kelihatan ekslusif aja, haha.


0 comments:

Post a Comment