Sunday, January 13, 2013

Tagged under: , , , , , , , , , , , , , , , ,

[Part 1] 2012: 20 Best Movies


Tahun 2012 telah berlalu, banyak di antaranya menyisakan film-film yang tak terlupakan, namun beberapa ada pula film yang akhirnya dilupakan. Banyak sutradara ternama Hollywood kembali menelurkan karyanya, sebut saja Steven Spielberg, Kathryn Bigelow, Ben Affleck, Ang Lee, Wachowski bersaudara, David O. Russell, maupun Quentin Tarantino, yang untungnya tampil dengan hasil yang memuaskan. Selain itu, ada pula beberapa sutradara debutan yang hasilnya memuaskan pula. Dan dari film-film itu, saya merangkum 20 film terbaik dan tak terlupakan selama 2012, dan inilah 10 dari mereka (list ini updatable)By the way, maaf kalau ulasan untuk setiap filmnya terlalu panjang, karena saya juga sekaligus mereviewnya sedikit, hehe.


20. Cloud Atlas

"Our lives are not our own. We are bound to others. Past and present. And by each crime; and every kindness we birth our future." ~ Sonmi-451 (Doona Bae)
Penerimaan dari adaptasi novel unfilmable ini tak cukup baik, meski masih bisa dibilang cukup positif. Namun, saya malah begitu menyukai film ini, dan tak habis pikir Time menempatkannya sebagai film terburuk dalam 2012, bahkan lebih buruk dari Abraham Lincoln: Vampire Hunter, saya dapat mengerti kalau ada yang tak menikmatinya, tapi menempatkannya sebagai yang terburuk sangatlah berlebihan. Cloud Atlas sendiri terdiri dari 6 cerita yang berbeda dengan latar waktu dan genre yang saling bertolak belakang pula. Sains fiksi, drama, romansa, hingga komedi. Uniknya, setiap segmen hampir semuanya memiliki aktor yang sama, namun dengan karakter berbeda-beda. Menonton Cloud Atlas memang lebih terasa seperti sedang bermain puzzle. Kita sendirilah yang menyusun kepingan-kepingan puzzle itu menjadi puzzle lengkap. Akhirnya? Ketika kita selesai menyusunnya, seluruhnya menjadi satu kesatuan utuh, dan itulah yang saya rasakan ketika menonton Cloud Atlas, meski beberapa kisah bahkan tak berhubungan sama sekali. Film ini makin mantap dengan visual-effect dan sinematografi. Tapi, pekerjaan terberat pastinya berada di pundak departemen makeup dan editing-nya. Tak mudah mendandani aktor yang sama dalam karakter yang berbeda-beda. Saya bahkan pernah tak sadar bahwa di salah satu cerita, Halle Berry menjadi seorang wanita berkulit putih dan Ben Whisaw menjadi wanita! Hal yang sama juga terjadi pada editing. Tak ada yang tak setuju, bahwa menyatukan 6 cerita berbeda adalah hal yang teramat sulit. Screw the critics, i love this movie!

Best moment(s): Sekelompok manula melarikan diri! Lucu, konyol, sekaligus menghibur. Belum cukup? Para manula itu masih beraksi di sebuah cafe. Kekonyolan kembali dimulai. Jujur, bukan cerita terbaik, tapi paling menghibur.


19. Frankenweenie

"They like what science gives them but not the questions no, not the questions the science asks." ~ Mr. Rzykruski (Martin Landau)
Tim Burton, sutradara eksentrik ini memang dikenal lewat karya-karyanya yang tak kalah eksentriknya. Bukan hanya dalam film-film live action-nya saja, bahkan keeksentrikan tersembut juga merambah dalam karya-karya animasinya. Corpse Bride adalah contohnya. Namun, Corpse Bride kedatangan teman baru, Frankenweenie yang masih membawa aroma nyeleneh Burton dengan sangat kuat. Frankenweenie sendiri adalah remake dari karya film pendek live-action-nya terdahulu yang berjudul sama dan dirilis tahun 1984. Ya, meremake karyanya sendiri dan menjadikannya sebuah film animasi stop-motion? Bukankah itu adalah hal yang sangat berani, sama halnya denga kembali ke masa lalu? Well, untungnya ia mampu mengisi langkah berani itu dengan kualitas. Tim Burton rupanya masih gemar untuk menggambarkan karakter animasinya dengan gaya gothic, yang mungkin saja dapat menakutkan bagi anak-anak, apalagi Tim Burton rupanya lebih memilih untuk membuat Frankenweenie dalam format hitam-putih. Itu juga belum termasuk dengan langkah Burton yang mengambil sedikit inspirasi dari film horor klasik ternama, Frankenstein. Dari dubbing, tak ada yang dapat dicela, semuanya tersa begitu pas. Animasi? Tak ada pula, malah animasi hitam-puti dari stop-motion ini begitu menghibur mata. Dari cerita, Tim Burton mampu membuat kisah dalam Frankenweenie begitu menyentuh namun juga menghibur. Sederhana, namun dikemas dengan sepenuh hati.

Best moment(s): Pernah lihat godzilla dalam bentuk kura-kura? Kalau sudah pernah menonton Frankenweenie, tentunya sudah. Bukan hanya itu saja, masih banyak lagi!


18. Prometheus

"Big things have small beginnings." ~ David (Michael Fassbender)
Masih lekat diingatan kita, sosok Ripley oleh Sigourney Weaver yang ikonik dengan monster Alien menyeramkan (batas menyeramkan dan menjijikkan memang sangat tipis) dalam Alien, film yang telah dirlis beberapa dekade lalu. Dan Ridley Scott adalah dalang dibalik teror itu. Kini, ia kembali lagi dengan film yang mirip dengan Alien, entah itu sebuah reboot atau prequel, Prometheus. Bedanya, tak ada lagi monster menjijikkan yang dulu kita kenal, melainkan misi gila sekelompok peneliti yang meneliti "The Engineers", begitu mereka menyebut sosok yang menurut mereka telah menciptakan manusia. Noomi Rapace yang berkharisma hadir menggantikan sosok Weaver, namun dalam versi yang lebih feminim dan religius. Prometheus memang tak menjual aksi-aksi hebat pemacu adrenalin, meski itu menjadi salah satu bagian penting film ini. Lain dari Alien atau sekuelnya Aliens, Prometheus memberikan cerita yang memiliki hakikat lebih dalam dari pendahulunya. Masih menimbulkan beberapa pertanyaan di akhirnya, namun saya sudah sangat puas dengan Prometheus ini, mungkin ada baiknya kita menunggu jawaban Scott dalam sekuel Prometheus nantinya, yang menurut saya mungkin akan menyambungkan kisah Alien dengan Prometheus. Jadi, prekuel atau reboot? Belum ada yang tahu pasti, both, maybe?

Best moment(s): Operasi caesar di atas pesawat luar angkasa? Well, setidaknya Noomi Rapace pernah mengalaminya. Tapi, kali ini benar-benar jauh berbeda dari biasanya. Salah satu adegan tercerdas, terkreatif, dan paling thrilling dalam tahun 2012. 


17. Rust and Bone

"Can't a wh*re train whales?" ~ Stephanie (Marion Cotillard)
Tahun 2007 lalu, aktris cantik asal Prancis, Marion Cotillard berhasil membawa pulang Oscar sebagai penyanyi Edith Piaf dalam biopik Le Vie en Rose. Kini, ia kembali memperlihatkan kemampuan aktingnya dalam sebuah melodrama romantis berjudul Rust and Bone. Ia sudah bukan seorang penyanyi Prancis ternama lagi, melainkan menjadi Stephanie, seorang pelatih paus pembunuh yang karena sebuah kecelakaan, akhirnya harus kehilangan kedua kakinya. Sebelum kecelakaan, ia pernah bertemu dengan Ali (Matthias Schoenaerts), seorang penjaga klub malam (yang nantinya menjadi streetfighter) sekaligus seorang ayah penyayang meski kadang kurang hati-hati, yang meleraikan perkelahiannya dengan seorang lelaki. Setelah kecelakaan, ia menelepon Ali, yang ternyata akan merubah kehidupan cinta Stephanie untuk selamanya. Seperti yang saya bilang tadi, penampilan Marion Cotillard memang sangat menakjubkan: emosional namun kuat. Chemistry erat yang dijaliinya bersama Matthias Schoenaerts juga menjadi salah satu faktor penting. Memang ada beberapa momen yang mengganggu, seperti penggunaan lagu Katy Perry yang janggal, meski tak terlalu menjadi masalah. Pada akhirnya, Rust and Bone berhasil menjadi melodrama dengan perpaduan yang sangat unik. Di satu sisi, ia indah, emosional, penuh cinta, dan hati, tapi di sisi lain, ia kaya akan segala kekerasan.

Best moment(s): Jangan pernah melepaskan pandangan saat anak sedang bermain, jangan pernah. 


16. Looper

"This time travel crap, just fries your brain like an egg." ~ Abe (Jeff Daniels)
Joseph Gordon Levitt adalah Bruce Wiliis dan Bruce Willis adalah Joseph Gordon Levitt. Keren? Sudah pasti, apalagi akting mereka juga sudah tidak usah diragukan lagi. Kolaborasi aktor dari dunia mimpi dengan aktor dari franchise yang tak pernah mati bersama sutradara indie ini mampu melahirkan karya yang hebat dan cerdas dari segi cerita, meski sebenarnya Looper berbicara tentang sesuatu yang sudah tak asing lagi dalam telinga, yaitu perjalanan lintas waktu. Meski  sempat kehilangan intensnya karena transisi dari action ke drama dalam pertengahan, setidaknya ini memberikan Emily Blunt kesempatan untuk mengembangkan karakternya, dan untungnya Blunt berhasil dengan menakjubkan. Aktor cilik Pierce Gagnon, secara mengejutkan, ternyata mampu memberikan akting super creepy, namun tetap manis. Ini membuat dirinya menjadi salah satu aktor cilik dengan penampilan terkuat dalam tahun 2012, bersanding dengan Wallis. Sebuah drama hebat yang dikemas secara unik dalam science fiction dan action yang cukup membuat adrenalin terpacu, yang didukung pula oleh 2 aktor lintas generasi serta cast lainnya yang membntuk penampilan kuat. Ini adalah blockbuster, namun dengan rasa indie.

Best moment(s): "Mommy loves you", dan best moment itu pun berakhir. Eh, ternyata tidak, masih ada lagi yang bahkan cukup mengejutkan.


15. The Cabin in the Woods

"Ok, I'm drawing a line in the f*cking sand. Do not read the Latin!" ~ Marty (Fran Kranz)
Masih ingat Scream? Film horor satir ini memang sukses mempermalukan horor di zamannya. Dalam 2012 ini, kita kedatangan satu lagi horor serupa, The Cabin in the Woods. Ini adalah proyek film gila dari Drew Goddard (Cloverfield) dan Joss Whedon (The Avengers). The Cabin in the Woods adalah wujud bahan olokan mereka berdua kepada ranah horor yang makin hari makin payah dan basi. Ide cerita di awal sangatlah klise dan kadaluarsa, sekelompok mahasiswa yang berlibur ke sebuah kabin di tengah hutan, yang selanjutnya sudah bisa ditebak jalan ceritanya, meski akhirnya salah. The Cabin in the Woods sejak awal memang dimaksudkan untuk menjadi olok-olokkan, tapi duo Goddard dan Whedon tentu tak pernah main-main dalam filmnya ini, meski sebatas olok-olokkan. Mereka mampu meramu horor, komedi gelap, fiksi sains, dan misteri menjadi kesatuan yang terasa begitu pas. Cast-nya memang tak istimewa, tapi semuanya mampu menjalankan perannya dengan sangat baik. Ditutup dengan twist berlapis, membuktikan bahwa The Cabin in the Woods adalah satir yang luar biasa. Horor satir hebat terhadap horor klise yang dibuat dengan penuh keklisean pula, namun malah membuat kadar satir yang ada terasa lebih kuat dan tepat sasaran. Kreatif, unik, aneh, gila, sinting, dan kawan-kawannya. Masih berpikir bahwa horor hanya itu-itu saja? Kalau iya, saya sarankan untuk cepat-cepat menonton The Cabin in the Woods, karena ia akan membuktikan bahwa pendapat anda salah besar.

Best moment(s): Hanya dengan mantra, "Let's get the party started!", dan tada! Ada kejutan dibalik semua pintu.


14. Skyfall

"Enjoying death. 007 reporting for duty." ~ James Bond (Daniel Craig)
Daniel 'Bond' Craig is back! Sam Mendes is back! Dan mereka berkolaborasi di film yang sama! The tough guy tampil dalam film yang diarahkan oleh sutradara pemenang Oscar dari American Beauty? Wow, tentu sebuah kesalahan besar untuk tak pernah menontonnya, dan merupakan salah satu 143 menit termahal dalam hidup yang telah menontonnya. Daniel Craig masih tak kehilangan kharismanya yang dingin dan manusiawi sebagai sebagai agen MI6, serta penuh magnet bagi para bond girls. Judi Dench kembali menunjukkan kemampuan aktingnya yang emas, sementara Javier Bardem sukses menjadi villain mega-sinting (dalam arti sebenarnya ataupun kiasan, bagi saya keduanya sama saja). Lalu, Ben Wishaw juga sukses menjelma menjadi Q, mungkin Q termuda yang pernah ada. Sam Mendes juga kembali menunjukkan taringnya, dan memberi ruang luas bagi setiap karakternya, yang membuahkan karakterisasi luar biasa, terutama bagi Dench yang membuat penampilan emosional di akhir film. Action yang dihadirkan begitu intens dan membuat adrenalin berpacu cepat, berkejaran dengan visual indah yang dinamis. Di hari jadi James Bond yang ke-50 ini, sudah pasti Skyfall adalah kado terindah.

Best moment(s): Daniel 'Bond' Craig berkelahi di atas kereta api! Jatuh tertembak, dan suara Adele tiba-tiba terdengar dengan begitu menyihir. Tapi, Bond tak pernah mati, kan? Anyway, cool opening.


13. Les Misérables


"I had a dream, my life would be so different from this hell I'm living!" ~ Fantine (Anne Hathaway)
Adaptasi drama musikal yang sebenarnya diadaptasi dari novel karya Victor Hugo ini memang sudah berulang kali difilmkan. Yang paling dikenal mungkin Les Misérables yang rilis tahun 1998, apalagi karena filmnya bertabur bintang Hollywood papan atas seperti Uma Thurman dan Liam Neeson, meski tak terlalu sukses dalam finansial. Namun, nampaknya film tersebut harus bergeser sedikit, dan memberi Les Misérables karya Tom Hooper ini menjadi  yang paling banyak dikenal, dengan raihan box-office hingga 190 juta dollar, yang pastinya masih akan terus bertambah. Bukan hanya yang paling populer, mungkin juga yang terbaik. Tom Hooper tentu tak usah diragukan lagi, apalagi setelah kemampuan yang ditunjukkannya dalam King's Speech. Kekuatan terbesar Les Misérables sebenarnya terletak pada jajaran cast. Hugh Jackman memberikan penampilan yang heart-warming, while Anne Hathaway gives a very, very, very heart-breaking performance. Eddie Redmayne tampil dengan penuh kekuatan. Hal yang sama terjadi pada Russel Crowe (meski suaranya tak sebagus cast lain), Samantha Barks, Amanda Seyfried, dan cast lainnya. Salah satu film dengan ensemble cast terbaik sepanjang 2012, terutama Jackman dan Hathaway. Selain itu, Hooper yang menerapkan seluruh cast untuk menyanyi live juga tepat, sehingga para aktor dapat menyesuaikan setiap emosi dengan setiap lirik dan nada. Hasilnya? Dapat dilihat saat Hathaway menyanyikan I Dreamed a Dream. Les Misérables adalah salah satu musikal terbaik dalam 2012 dengan penampilan para cast yang pitch-perfect, menghasilkan kekuatan magis yang dapat membius dan menghantui anda kapan saja.

Best moment(s): Anne Hathaway dreamed a very emotional dream. Inilah yang terjadi ketika menyanyi dengan berakting dilebur menjadi satu dengan sepenuh hati.


12. The Perks of Being Wallflower

"And in this moment I swear, we are infinite." ~ Charlie (Logan Lerman)
Setelah tidak lagi menjadi anak Poseidon, setelah lulus dari Hogwarts, dan setelah tak lagi menjadi remaja psycho; Logan Lerman, Emma Watson, dan Ezra Miller bertemu dalam sebuah drama SMA berjudul The Perks of Being Wallflower yang disutradarai Stephen Chbosky. Uniknya, The Perks of Being Wallflower diadaptasi dari novel berjudul sama yang ditulis oleh Stephen Chbosky sendiri. Dalam drama remaja ini, karakter-karakter yang dihadirkan cukup berbeda dan menarik, namun tetap dapat terlihat realistis.  Logan Lerman merefleksikan karakter remaja canggung dengan masa lalu kelam dengan sangat baik. Emma Watson sebagai seorang senior yang punya hubungan dengan Lerman juga bermain baik dengan chemistry erat. Ada pula saudara tiri Emma yang penuh rahasia besar yang diperankan Ezra Miller. Ia kembali menunjukkan kemampuan aktingnya selepas We Need to Talk About Kevin. Dengan screenplay hasil adaptasi novel yang kuat, makin menambah kualitas The Perks of Being Wallflower. Jarang-jarang saya melihat drama remaja seperti The Perks of Being Wallflower ini. Complicated dan lebih kelam dari drama sekolah lainnya, namun anehnya, justru dengan begitu, The Perks of Being Wallflower terasa lebih realistis dan dekat dengan kehidupan nyata. Drama yang banyak mengangkat isu-isu sosial remaja yang mengalir dengan begitu kuat dan emosional. Salah satu yang terbaik di antara drama SMA yang lainnya. 

Best moment(s): The sweet ending.


11. Moonrise Kingdom

"We're in love. We just want to be together. What's wrong with that?" ~ Suzy (Kara Hayward)
Wes Anderson kembali dengan Moonrise Kingdom yang merupakan sebuah film keluarga yang berpusat pada karakter Sam yang kabur dari perkemahan pramukanya. Hadir dengan komedi Wes Anderson yang sangat khas, dengan screenplay yang kuat, dialog-dialog cerdas, serta cast pendukung bertabur bintang seperti Edward Norton, Bruce Willis, Frances McDormand, Tilda Swinton, dan Bill Murray yang mampu mendukung kedua kekuatan utama film ini, Jared Gilman dan Kara Hayward, yang juga dapat mengimbangi pemain-pemain bintang ini. Chemistry yang diciptakan Jared Gilman dan Kara Hayward sangatlah erat, membuat kisah cinta monyet ini semakin menarik, belum lagi kelakuan mereka berdua yang aneh-aneh, cukup gila, dan tak lazim untuk umur mereka. Hal yang sama juga terjadi dalam teknis film dari costume design hingga sinematografi. Visualnya begitu indah dengan tone pas, membuat atmosfer film menjadi vintage a la tahun 60anKonyol, lucu, aneh, dan sedikit tak masuk akal, tapi hal itulah yang membuat Moonrise Kingdom masuk dalam daftar ini, dan yang terpenting, Wes Anderson untungnya tak menyia-nyiakan supporting cast kelas papan atasnya tersebut.

Best moment(s): The awkward suicide scene.

0 comments:

Post a Comment