"No growth without assistance. No action without reaction. No desire without restraint." ~ Li Mu Bai
Jika di tahun ini Ang Lee akan merilis film terbarunya, Life of Pi, maka marilah sejenak kita pergi 12 tahun ke belakang, di saat Ang Lee merilis film wuxia alis seni bela diri ala Cina yang berjudul Crouching Tiger, Hidden Dragon atau Wòhǔ Cánglóng dalam judul aslinya. Semenjak rilisnya, film asal Cina ini sukses besar dalam kuantitas maupun kualitas.Crouching Tiger, Hidden Dragon bahkan berhasil meraup keuntungan sebesar $213.525.736 dari seluruh dunia. Soal kualitas pun tak usah diragukan lagi, film ini bahkan memenangkan 4 Oscar yang salah satunya merupakan Best Foreign Languange Film, dan juga sempat dinominasikan untuk Best Picture dan Best Director, suatu hal yang jarang bagi film berbahasa asing, karena film ini sendiri juga merupakan produksi Negeri Paman Sam tersebut.
Selain ada nama Ang Lee dalam daftar sutradaranya, ia juga duduk di kursi produser bersama Hsu Li-Kong dan William Kong. Dalam daftar penulis naskahnya, juga ada beberapa nama seperti Wang Hui-Ling, James Schamus, dan Tsai Kuo-Jung yang bertugas menerjemahkan film ini dari sebuah bentuk novel berjudul sama ke dalam bentuk naskah film. Novelnya sendiri merupakan novel keempat dari pentalogi Crane-Iron karya Wan Dulu yang ditulisnya dari 1938 hingga 1942. Crouching Tiger, Hidden Dragon ini dibintangi para aktor kelas A asal Negeri Tirai Bambu, seperti Michelle Yeoh, Chow Yun-Fat, Zhang Ziyi, dan Chang Chen.
Film ini bercerita tentang Li Mu Bai (Chow Yun-Fat), seorang pendekar yang namanya sudah dikenal seantero negeri. Ia punya ambisi untuk memburu pembunuh gurunya, Jade Fox, meski akhirnya hasilnya nihil. Saat itu, ia berniat untuk mundur dari dunia bela diri yang selama ini ditekuninya. Karenanya, ia pun memberikan pedangnya yang terkenal akan kesaktiannya, Green Destiny, kepada salah satu teman baik wanitanya yang juga merupakan seorang pendekar, Lien Yu Shu (Michelle Yeoh), yang nantinya akan mereka beri kepada teman mereka sebagai hadiah, Sir Te (Lung Sihung) di Kota Peking. Sesampainya di sana, saat Lien Yu Shu memberikan hadiah itu kepada Sir Te, ia juga bertemu dengan putri Gubernur Yu (Fa Zeng Li), yaitu Jen (Zhang Ziyi), yang nantinya akan akrab dengannya. Namun, suatu malam, sebuah tragedi terjadi. Pedang legendaris itu ternyata telah dicuri oleh seorang wanita yang misterius.
Naskah terjemahan novel dari ketiga screenwriter tadi dapat berjalan kuat. Wang Hui-Ling, James Schamus, dan Tsai Kuo-Jung mampu mencampuradukkan unsur action, drama, hingga romansa menjadi sebuah kesatuan kuat dan tak dapat terpisahkan. Aksinya sudah jelas, mampu berjalan dengan sangat mulus. Dramanya? Saya sendiri suka dengan porsi dramanya yang muncul dengan emosi kuat, meski awalnya agak terganggu bagaimana Yu Shu Lien tak mengetahui pencuri pedang Green Destiny. Untungnya, dipertengahan film kita diberitahu jawaban yang memuaskan tentang itu.
Tak hanya itu, Crouching Tiger, Hidden Dragon juga punya dialog-dialog ciamik. Dengan dialognya yang terasa sangat cantik dan puitis, namun dengan kadar yang tak berlebihan, mampu menghasilkan jalinan dialog yang seimbang satu sama lain, dan tak terasa corny sama sekali. Dan sekedar saran saja, ada baiknya jika menonton film ini dalam audio yang original alias berbahasa Mandarin, karena saya sendiri lebih menyukai versi ini ketimbang versi dubbingnya.
Romansa mungkin merupakan slaah satu bagian yang terkuat pula dalam film ini. Romansa 'malu-tapi-mau' antara Li Mu Bai dengan Yu Shu Lien dapat ditampilkan dengan lumayan baik, meski sebenarnya tak terlalu menarik perhatian saya. Yang lebih menarik perhatian justru adalah kisah cinta antara Jen dengan Lo, karena memang keduanya tidaklah malu mengungkapkan isi hati, juga karena romansa keduanya ditampilkan mulai dari pertemuan pertama mereka hingga akhirnya saling jatuh cinta. Romansa mereka juga muncul citarasa yang lebih muda ketimbang Li Mu Bai-Yu Shu Lien yang lebih dewasa.
Crouching Tiger, Hidden Dragon memang menampilkan aksi bela diri yang sangat indah. Koreografi yang diciptakan oleh Yuen Wo Ping terasa begitu dinamis, cepat, dan sedap dipandang mata. Terlebih ditambah dengan aksi loncatan-loncatan yang mungkin terkesan tak masuk akal bagi yang tak terbiasa dengan film bela diri khas Cina. Hebatnya lagi, aksi loncatan-loncatan yang melawan hukum gravitasi ini benar-benar nyata, dilakukan tanpa efek CGI, hanya bermodalkan kabel pengaman yang mengikat para aktornya, dan hampir tanpa stuntman sekalipun. Tentu itu menambah esensi bela diri yang terkandung dalam Crouching Tiger, Hidden Dragon.
Aksi-aksi indah ini juga didukung oleh sinematografi yang mumpuni dan fantastis. Setiap menitnya kita disuguhkan angle-angle yang sangat cantik dan sesekali berjalan dinamis seiring dengan adegan-adegan aksi yang datang silih berganti. Visual yang indah itu juga dapat dirasakan ketika sesekali film ini menyorot indahnya bentangan alam dari pegunungan hingga gurun pasir sekalipun. Hasilnya, sinematografi arahan Peter Pau ini diganjar Best Cinematography dalam Academy Awards tahun 2001 lalu.
Tak hanya unggul dalam urusan visualnya, musik latar hasil racikan Tan Dun yang juga berhasil meraih Oscar berkat film ini juga tak dapat diremehkan sama sekali. Dengan menggabungkan berbagai musik megah ala orkestra dengan unsur-unsur musik etnik yang kental, Tan Dun berhasil menyajikan sebuah musik latar yang bukan hanya indah, namun dapat membius siapa saja yang mendengarnya.
Dalam ceritanya sendiri, Crouching Tiger, Hidden Dragon mempunyai hakikat mendalam dalam setiap segmennya. Setiap unsur-unsur yang dibawa oleh film ini melalu naskahnya mampu diinterpretasikan dengan baik oleh Ang Lee. Bagaimana Ang Lee meracik berbagai issue seperti kesetaraan gender, tipu daya, dendam, pengkhianatan, rasa bersalah, kesetiaan, hingga sikap pengecut ke dalam waktu yang bersamaan tentu merupakan hal yang tak mudah untuk dilakukan, namun nyatanya ia dapat menggabungkannya dengan sangat gemilang.
Dalam departemen akting, Crouching Tiger, Hidden Dragon juga tak menemui kendala berarti. Zhang Ziyi hadir dengan akting paling bersinar diantara kesemua cast, muncul dengan karakter yang manis, tapi juga punya rasa pemberontak di dalamnya. Michelle Yeoh dan Chow Yun-Fat juga mampu memerankan karakter pendekar protagonis yang dingin. Chang Chen juga mampu memerankan seorang bandit yang kerap berkelakuan konyol.
Crouching Tiger, Hidden Dragon merupakan contoh film aksi yang baik, dengan tidak meninggalkan cerita. Antara aksi dan dramanya mampu berbaur dengan sangat baik. Setiap esensi cerita dari naskah mampu diantarkan dengan baik oleh Ang Lee ke para penonton. Adegan aksinya sangat menakjubkan namun juga indah. Sinematografinya membuat sebuah pengalam sinematik tak terlupakan untuk siapa saja. Castnya juga dapat hadir tanpa masalah yang begitu berarti. Indah, lembut, dinamis, dan dingin, itulah 4 kata yang rasanya pas untuk mendeskripsikan film ini.
8.5/10
0 comments:
Post a Comment