"Turn around, pig c*nt." ~ Andrew 'Pope' Cody
Animal Kingdom sendiri lahir dari tangan dingin sineas Australia, David Michôd. Uniknya, karyanya ini adalah debut film pertama David Michôd, setelah beberapa tahun sebelumnya cukup aktif menelurkan film-film pendek. Tak hanya sebagai sutradara, ia juga mendapat tugas rangkap sebagai penulis skenario film yang sebenarnya sebagian kisahnya diambil dari kisah nyata mengenai tertembaknya dua polisi muda yang pernah menghebohkan Australia (meski tetap saja, naskah film ini dikategorikan sebagai 'original screenplay'). Film ini dibintangi oleh aktor-aktor Australia pula, seperti Joel Edgerton, John Frechehville, hingga Jacki Weaver.
Setelah kematian ibunya karena overdosis heroin, Joshua 'J' Cody (James Frecheville), tidak tahu bagaimana akan melanjutkan hidupnya. Akhirnya, ia tinggal bersama neneknya, Janine 'Smurf' Cody (Jacki Weaver). Janine alias Smurf sendiri merupakan ibu dari keluarga kriminal di Melbourne, Australia. Anak tertuanya adalah Andrew 'Pope' Cody (Ben Mendelsohn), yang selama ini selalu kucing-kucingan dengan polisi. Lalu, ada Craig Cody (Sullivan Stepleton), pengedar barang haram, serta si bungsu Darren Cody (Luke Ford), yang akhirnya ikut-ikutan menjadi kriminal.
Siapa sangka, kehidupannya akan segera berubah ketika ia masuk ke keluarga kriminal ini. Meski ia memang diterima dengan (sangat) baik, tapi tentu saja ia terperangkap dalam lingkaran setan. Masalah kian menarik ketika polisi menembak mati rekan Pope, Barry 'Baz' Brown (Joel Edgerton), hingga akhirnya Pope dan saudara-saudaranya mencoba membalas dendam dengan menembak mati pula dua oknum polisi. Hal ini akhirnya makin memperkeruh suasana, bahkan hingga melibatkan Joshua sendiri. Joshua pun akhirnya bertemu dengan Sersan Nathan Lackie (Guy Pearce), yang menginvestigasi kasus ini. Dengan segala kepolosan Joshua, mampukah kepolisian menjerat ketiga saudara kriminal ini?
Tak ada yang menampik, bahwa bagian terbaik Animal Kingdom adalah script-nya yang luar biasa. Opening dimana J yang menonton acara TV 'Deal or No Deal' dimana di sampingnya tergeletak ibunya yang meninggal karena heroin? Whoaa, itu menakjubkan! Mungkin openingnya terlihat sederhana dan ala kadarnya, namun disitulah letak nilai plusnya. Kita dapat merasakan benar bagaimana kosong dan 'damainya' atmosfer yang dibangun sejak awal, merasakan apa yang 'J' rasakan (meskipun ekspresinya saat itu datar), hanya dengan melihat opening tersebut.
Hingga akhir film, saya berhasil dibuat untuk terus setia duduk di kursi saya. Endingnya pun, mampu berjalan dengan mulus plus tambahan kejutan yang bagi saya memang surprising, apalagi mengingat pacing lambat film ini. Ketika semuanya terasa telah berakhir ternyata masih ada satu kejutan sebagai makanan penutup. Screenplay yang ditulis David Michôd ini memang berjalan dengan mulus lewat penulisan yang rapi, meski pada beberapa tempat terkesan terlalu 'gampang', namun tetap tak mengurangi rapinya naskah ini.
Sebagai seorang penulis naskah, David Michôd tergolong (sangat) sukses dalam merangkai cerita kriminal ini menjadi begitu menarik. Belum cukup, Michôd juga berhasil menunaikan tugasnya sebagai seorang sutradara. Dengan pacing lambat yang ia terapkan, memang terbukti efektif untuk film seperti ini. Intensitas ketegangan ia bangun secara perlahan-lahan, perjalanan menuju klimaksnya pun tak terlalu menggebu-gebu, namun bagi saya ini merupakan langkah yang paling tepat. Dengan cara inilah, David Michôd mampu membuat kadar 'shocking' di akhir cerita menjadi lebih mengejutkan lagi.
Selain itu, karakterisasi juga merupakan salah satu hal yang paling menonjol dalam film ini. Karakter-karakter yang dihadirkan muncul dengan kepribadian yang cukup unik. Berbicara tentang karakterisasi, tentu karakter Janine 'Smurf' Cody adalah hal yang paling menarik untuk dikupas. Sebagai seorang ibu dari anak-anaknya yang serba kriminal, karakternya memang menjadi serba unik. Ya, seperti ibu kebanyakan, ia memang sosok penyayang bagi anak-anaknya. Namun di sisi lain, ia adalah sosok manipulatif, rumit, dan bermuka dua. Mungkin bisa dibilang karakter antagonis terselubung?
Tapi, tentu saja karakter Smurf ini tak mampu dibentuk dengan begitu sempurnanya tanpa kehadiran Jacki Weaver. Jacki who? Mungkin itulah reaksi pertama anda ketika mendengar namanya masuk dalam nominasi Best Supporting Actress pada Oscar 2011 lalu. Wajar saja, karena ia sebelumnya memang kurang dikenal di ranah Hollywood. Meskipun begitu, ia tak bisa dianggap sebelah mata. Penampilannya sebagai antagonis dalam film ini bukan hanya meyakinkan, tapi juga pitch-perfect. She hit the right notes, effortlessly. No one could have played Janine better, enough said.
Animal Kingdom juga sangat lekat dengan kehadiran karakter Pope alias Andrew Cody. Layaknya yang banyak orang bilang, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Hal itu pulalah yang terjadi pada Pope yang mungkin mewarisi karakter psycho-nya dari Smurf, meski Pope memang jauh lebih psycho dan tak berperikemanusiaan. Sebagai 'monster' yang lebih besar, Ben Mendelsohn juga tak ingin kalah dalam menunjukkan kemampuannya. Who doesn't want to slap him in the face? Or even kill him? Saya bertaruh tak ada, bagaimana bisa? Untuk menamparnya saja butuh keberanian tinggi. Animal Kingdom tak hanya diisi dua penampilan remarkable dari dua aktor Australia ini. Ada James Frecheville, Sullivan Stapleton, Guy Pearce, Luke Ford, bahkan hingga Joel Edgerton yang hanya... (spoiler).
Animal Kingdom memang unggul dalam ensemble cast, directing, hingga writing-nya. Meski biasanya dianggap tak terlalu dianggap vital dalam beberapa film, namun ada pengecualian bagi film ini. Saya akui Animal Kingdom memiliki background music atau score yang solid. Dan berbeda pula dengan kebanyakan film lain, score merupakan salah satu bagian vital dalam Animal Kingdom. Tenang dan dingin, kesan itulah yang saya tangkap dari score-nya. Score racikan Antony Partos ini memang begitu terasa kehadiran dan kevitalannya, bukan hanya dalam membagun intensitas serta mood suasana film, namun juga karena score ini ambil bagian besar dalam menghadirkan pacing lambat yang David Michôd coba hadirkan.
Jujur, saya memang termasuk salah satu yang sangat jarang mengikuti perfilman Australia. Film Australia yang terakhir saya tonton pun paling banter hanya The Piano yang fenomal itu. Namun, Animal Kingdom berhasil membuktikan bahwa film Hollywood bukanlah satu-satunya jaminan mutu film bagus (oke, mungkin ini sedikit OOT). David Michôd menghadirkan penyutradaraan dan penulisan naskah yang sangat baik, bahkan di debut karirnya sekalipun. Jacki Weaver, Ben Mendelsohn, dan cast lainnya mampu menyuguhkan penampilan yang sangat baik. Overall, Animal Kingdom adalah pencapaian yang luar biasa dalam sebuah drama kriminal, seperti menonton film keluarga kriminal ala The Godfather, namun dengan gaya Sofia Coppola yang sederhana, indie, namun istimewa.
Animal Kingdom juga sangat lekat dengan kehadiran karakter Pope alias Andrew Cody. Layaknya yang banyak orang bilang, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Hal itu pulalah yang terjadi pada Pope yang mungkin mewarisi karakter psycho-nya dari Smurf, meski Pope memang jauh lebih psycho dan tak berperikemanusiaan. Sebagai 'monster' yang lebih besar, Ben Mendelsohn juga tak ingin kalah dalam menunjukkan kemampuannya. Who doesn't want to slap him in the face? Or even kill him? Saya bertaruh tak ada, bagaimana bisa? Untuk menamparnya saja butuh keberanian tinggi. Animal Kingdom tak hanya diisi dua penampilan remarkable dari dua aktor Australia ini. Ada James Frecheville, Sullivan Stapleton, Guy Pearce, Luke Ford, bahkan hingga Joel Edgerton yang hanya... (spoiler).
Animal Kingdom memang unggul dalam ensemble cast, directing, hingga writing-nya. Meski biasanya dianggap tak terlalu dianggap vital dalam beberapa film, namun ada pengecualian bagi film ini. Saya akui Animal Kingdom memiliki background music atau score yang solid. Dan berbeda pula dengan kebanyakan film lain, score merupakan salah satu bagian vital dalam Animal Kingdom. Tenang dan dingin, kesan itulah yang saya tangkap dari score-nya. Score racikan Antony Partos ini memang begitu terasa kehadiran dan kevitalannya, bukan hanya dalam membagun intensitas serta mood suasana film, namun juga karena score ini ambil bagian besar dalam menghadirkan pacing lambat yang David Michôd coba hadirkan.
Jujur, saya memang termasuk salah satu yang sangat jarang mengikuti perfilman Australia. Film Australia yang terakhir saya tonton pun paling banter hanya The Piano yang fenomal itu. Namun, Animal Kingdom berhasil membuktikan bahwa film Hollywood bukanlah satu-satunya jaminan mutu film bagus (oke, mungkin ini sedikit OOT). David Michôd menghadirkan penyutradaraan dan penulisan naskah yang sangat baik, bahkan di debut karirnya sekalipun. Jacki Weaver, Ben Mendelsohn, dan cast lainnya mampu menyuguhkan penampilan yang sangat baik. Overall, Animal Kingdom adalah pencapaian yang luar biasa dalam sebuah drama kriminal, seperti menonton film keluarga kriminal ala The Godfather, namun dengan gaya Sofia Coppola yang sederhana, indie, namun istimewa.
0 comments:
Post a Comment