Sunday, November 6, 2011

Tagged under: , , , ,

[Part 1] 20 Best Thriller Movies

Bagi para moviegoer, istilah thriller sudah bukan barang asing lagi. Thriller merupakan film yang 'menjual' ketegangan yang mendebarkan, baik itu secara fisik maupun psikologis. Genre ini menjadi lebih dikenal setelah Alfred Hitchcock memproduksi banyak film thriller klasik, seperti Vertigo, Psycho, North by Northwest. hingga Rear Window, dan inilah dia 10 film pertama dengan genre thriller terbaik, in no particular order.

Ini dia film pembuka kita kali ini, The Game! Ceritanya tentang seorang kaya raya yang mengalami berbagai kejadian misterius (tapi bukan hantu-hantuan loh) atau yang disebut 'game' yang ia curigai disebabkan oleh sebuah perusahaan yang (katanya) merupakan perusahaan game. Nah, disinilah semuanya bermula, kita akan dituntun untuk mengetahui mengapa perusahaan tersebut terus-menerus memburunya, bahkan beberapa kali hampir terbunuh. Sampai saat semuanya masih buntu, kita akan dikejutkan dengan endingnya yang.... (tebak saja lah sendiri).

Salah satu film horor dari Roman Polanski favorit saya. Apa yang anda rasakan ketika baru saja menikah? Tentunya bahagia. Itulah yang dialami oleh Rosemary (Mia Farrow) dan Guy Woodhouse (John Cassavetes). Kebahagiaan mereka semakin bertambah, ketika ternyata Rosemary dinyatakan hamil. Tapi ternyata, kehamilan inilah yang membuat Rosemary sedikit-demi sedikit mulai membuka lembaran-lembaran rahasia yang telah lama dipendam oleh suaminya,  yang ternyata juga terkait dengan orang-orang di sekitarnya.

Lagi-lagi film yang diangkat dari novel seorang raja novelis thriller, Stephen King. Ceritanya tentang seorang novelis misteri yang diselamatkan oleh seorang suster yang mengaku sebagai fans nomer satunya. Si fans ini pun juga diperbolehkan membaca naskah novel yang akan diterbitkan oleh Paul. Oke, sampai di sini, memang masih biasa saja. Hingga akhirnya Annie marah besar kepada Paul dan menyuruhnya menulis ulang novel tersebut karena ending novel itu tak sesuai dengan yang diharapkan . Film ini memang minim darah, tak ada chainsaw yang siap memotong tubuh korban hingga terpotong menjadi beberapa bagian, dan tak ada juga 'permainan' gila layaknya Saw. Jadi apa yang membuat film ini benar-benar menegangkan? Dengan lantang saya akan menjawab, Kathy Bates!

The Sixth Sense mungkin merupakan film terbaik milik M. Night Shyamalan. Apalagi setelah dicerca habis-habisan lemat filmnya, The Last Airbender. Sesuai judul, film ini bercerita tentang sixth sense atau indra keenam alias kemampuan untuk melihat 'sesuatu'. Itulah yang dialami seorang bocah bernama Cole Sear (Haley Joel Osment). Seorang psikolog anak, Dr. Malcolm Crowe (Bruce Willis) mencoba memantu anak ini. Sekilas, jalan ceritanya memang terdengar agak klise, tapi tunggu sampai anda melihat endingnya. Itu semua tak lepas dari peran Shyamalan sebagai sutradara yang sangat lihai dalam mengelabui mata penontonnya (tak ketinggalan ide endingnya yang gila!).

Merupakan salah satu film tentang keganasan hewan (hiu) favorit saya. Bentuk ikan hiu "jadi-jadian"-nya pun, termasuk keren untuk jamannya. Sebenarnya ceritanya cukup klise, tentang sebuah daerah tujuan wisata musim panas yang kemudian menjadi gempar akibat serangan hiu ganas. Tapi, Steven Spielberg berhasil mengemasnya dengan begitu baik dan tak murahan sama sekali. 

Nah, ini dia film thriller Asia favorit saya, meski ceritanya cukup klise, yakni balas dendam. Namun ternyata tema basi ini ternyata tak berlaku bagi Oldboy. Apalagi setelah mengetahui kenyataan mengejutkan di akhir film yang 'sesuatu' banget.

Merupakan film noir tahun 1949 yang pernah memenangkan sebuah penghargaan dan dua nominasi Oscar. The Third Man, bercerita tentang seorang novelis, Holly Martins yang mencoba menginvestigasi kematian misterius yang dialami oleh teman lamanya Harry Lime.

Film karya Christopher Nolan yang bercerita tentang persaingan antara dua orang pesulap, Robert Angier (Hugh Jackman) dan Alfred Borden (Christian Bale) yang saling bersaing dalam membuat sebuah ilusi sulap. Bukan hanya sebatas itu saja, mereka satu sama lain juga mencoba untuk saling menggagalkan usaha pesulap saingannya. Sampai suatu hari, Alfred mepertontonkan sebuah trik sulap yang menakjubkan. Tentu saja, ini menimbulkan kedekingkian sekaligus rasa penasaran di hati Robert. Tak hanya Robert, para penontonnya pun pasti bingung dengan trik ini. Tapi rasa penasaran akan trik yang dipakai itu akhirnya terungkap di endingnya yang jujur saja, tak pernah terpikirkan sama sekali di kepala saya.

Satu lagi film Christopher Nolan yang jenius. Apalagi dengan cara penyampaian ceritanya yang unik, yaitu dengan menghabur seluruh adegan film, kemudian menyusunnya dengan rapi meskipun ditempatkan bukan di tempat yang semestinya. Dengan cara ini, kita di ajak untuk berpetualang bersama Leonard Shelby (Guy Ritchie), seorang pengidap 'short-term memory loss' yang berusaha mengungkap pembunuh istrinya. Dengan cara ini pula, kita seolah-olah dapat merasakan 'short-term memory loss' yang dialami Leonard.

Mungkin anda bertanya-tanya, "mana nih film Alfred Hitchcock?". Dan inilah jawabannya, Rebecca, sebagai film penutup di list bagian pertama kali ini. Film yang pernah memenangkan Best Picture di Academy Awards 1940 ini bercerita tentang seorang wanita biasa (Joan Fontaine) yang menikah dengan seorang kaya raya bernama 'Maxim' de Winter (Laurence Olivier). Pernikahan ini juga secara tidak langsung membuka lembaran-lembaran lama milik Maxim tentang pernikahan super bahagianya bersama mantan istrinya, Rebecca yang 'katanya' sangat sempurna dan tidak ada yang bisa menggantikannya. Jelas saja ini memunculkan keirian di hati Nyonya de Winter baru (nama aslinya tidak pernah disebutkan) apalagi dengan munculnya Mrs. Danvers, seorang pelayan yang tidak suka akan kehadiran Mrs. de Winter yang baru. Tapi, apakah benar pernikahan terdahulu Maxim dengan Rebecca benar-benar bahagia?


Wednesday, September 21, 2011

Tagged under: , , , ,

[Review] Noroi - The Curse (2005)


"No matter how terrifying, I want the truth." ~ Masafumi Kobayashi


Mockumentary, sebutan bagi film fiksi yang dikemas ala film dokumenter. Apa tujuannya? Apa lagi kalau bukan agar filmnya terlihat lebih realistis. Bukan itu saja, pengemasan film ala film dokumenter ini juga bisa menjadi solusi bagi film low-budget untuk menarik perhatian masyarakat. Sebut saja [REC], Noroi, Lake Mungo, Paranormal Activity, The Blair Witch Project, Haunted Changi, hingga film horor asal Indonesia sendiri, Keramat yang memakai konsep film mockumentary. Meski kerap dicibir, bukan berarti setiap film mockumentary memiliki kualitas buruk. [REC] contohnya, saking bagusnya film mocku asal Spanyol ini, sampai-sampai Hollywood membuat versi mereka sendiri dengan judul Quarantine. Bukan hanya [REC] yang memiliki kualitas bagus, film-film mocku yang saya sebut diatas tadi kesemuanya merupakan film mocku berkualitas. Di Indonesia sendiri, selain Keramat, juga terdapat satu lagi film mocku (yang sayangnya sampah) berjudul te[rekam] (deja vu? judulnya saja sudah nyontek abis film [REC]).


Kali ini, saya akan coba me-review salah satu film bergaya mocku asal Jepang, Noroi yang disutradarai oleh Kôji Shiraishi. Siapa tak kenal industri perfilman horor Jepang? Jepang memang dikenal sebagai rajanya Asia (bahkan dunia) soal membuat film-film yang membuat para bulu kuduk penontonnya berdiri. Mulai dari One Missed Call, Ju-On, Audition, Pulse, Suicide Club (Suicide Circle), hingga film yang mempopulerkan hantu berambut panjang mirip kuntilanak bernama Sadako, yaitu Ringu yang bernasib sama dengan [REC], yaitu di-remake oleh Hollywood (meskipun hasilnya tidaklah jelek). 

Memang, Hollywood masa kini dikenal sudah (hampir) tidak bisa membuat film horor lagi. Apalagi dengan munculnya film-film remake yang (sering kali) bukannya lebih berkualitas dari film originalnya, malah (sering kali lagi) tampil dengan memalukan. Dengan budget dan efek gila-gilaan jika dibandingkan dengan film originalnya bahkan tak membantu kualitas film remake pada umumnya. Berbanding terbalik dengan horor Jepang yang tampil lebih sederhana serta tak menghambur-hamburkan uang dapat menghadirkan atmosfer yang lebih mengerikan dan mencekam padahal hantu-hantunya tidaklah narsis (nunjuk film-film horor norak Indonesia).


Noroi dibuka dengan narasi seorang pria yang menjelaskan tentang Masafumi Kobayashi (Jin Muraki), seorang ahli supranatural yang telah menyelidiki berbagai misteri mengerikan dan tak terpecahkan, termasuk sebuah kasus yang sempat ia dokumentasikan sebelum Kobayashi dinyatakan hilang yang berjudul "Noroi". Kemudian film dilanjutkan dengan diputarnya video dokumentasi "Noroi" yang berawal saat Kobayashi dimintai bantuan oleh seorang wanita terhadap tetangganya yang misterius yang sering kali terdengar suara tangisan bayi dari arah rumah tentangganya yang bernama Junko Ishii (Tomono Kuga) tersebut. Belum selesai misteri aneh ini, muncullah misteri lain yang tak kalah misteriusnya, mulai dari hilangnya seorang anak bernama Kana (Rio Kanno), kelakuan aneh seorang paranormal, kejadian-kejadian mengerikan yang dialami seorang aktris, hingga kasus bunuh diri massal yang pada akhirnya mengantarkan kita pada satu titik yaitu sebuah ritual masyarakat setempat bernama "Kagutaba".


Bisa dibilang, Noroi atau The Curse (kutukan) merupakan salah satu film mockumentary terbaik yang pernah ada dan mockumentary terbaik asal Negeri Sakura sekaligus Tanah Asia, dengan menggabungkan kepercayaan mistik penduduk setempat dengan gaya penyampaian ala-ala dokumenter. Memang, gaya penyampaian dengan found-footage ini justru menambah ketegangan dalam film terlebih Noroi tidak takut untuk menambahan scoring musik, yang biasanya dihindari oleh film mocku sejenis karena dapat mengurangi kesan "asli" dalam film.

Noroi memang menyampaikan alur cerita yang cenderung lambat, namun berkat teka-teki misterius membingungkan sekaligus mistik yang terus berdatangan hingga akhir film plus dengan ketegangan yang telah dibangun sejak awal film dimulai membuat saya tak pernah bosan menonton film ini dari awal hingga akhir sambil melongo karena takjub akan kualitas film ini. Akting serta ekspresi para pemainnya pun, benar-benar patut diacungi jempol, terlihat begitu realistis dan benar-benar natural seolah mereka benar-benar mengalami kejadian tersebut yang pastinya turut ikut serta membangun intensitas ketegangan film dan juga memberantas rasa bosan. Penontonnya pun makin dimanjakan matanya dengan pergerakan kamera yang lumayan bersahabat. Belum cukup? Tunggu sampai anda melihat ending-nya yang begitu mengerikan dan tetap saja mengundang tanda tanya besar di kepala para penontonnya. Percayalah, saya jamin anda pasti akan tetap setia duduk berlama-lama untuk menjadi salah satu saksi dari sebuah "kejadian" mengerikan sekaligus mencekam ini.

 8.0/10

Thursday, August 25, 2011

Tagged under: ,

[Review] Kick-Ass, No Power?! No Problem!

"Okay, you c**ts, let's see what you can do now. Eeny, meeny, miny, moe." ~ Hit-Girl
Pernah dong nonton film-film bertema superhero, seperti "Superman", "Spiderman", sampai yang teranyar, kisah si superhero playboy yang kaya raya, apalagi kalau bukan Batman yang berjudul "The Dark Knight"? Yup, dengan ciri khasnya yang memakai kostum serba aneh, menjadi pusat perhatian masyarakat, dan yang terpenting, memliki kekuatan super yang tak tertandingi dan musuh yang kekuatannya juga sama hebatnya. Mustahil? Tentu saja. Tapi bagaimana jadinya jika superhero tersebut tidak memilik kekuatan super sama sekali? Bagaiman jika superhero itu hanyalah seorang anak SMA payah dan cupu yang terobsesi dengan kisah superhero? Mustahil? Tentu saja tidak, termasuk bagi Kick-Ass!


"Kick-Ass", sebuah film tahun 2010 bertema superhero yang disutradarai Matthew Vaughn yang diadaptasi dari seri komik sadis berjudul sama, "Kick-Ass". Film ini bisa dibilang membawa angin baru dalam film bertema serupa. Berbeda dengan film superhero lainnya yang cenderung serius, kisah yang disajikan "Kick-Ass" lebih fun, fresh, super sadis dan tentunya dengan humor-humor segar dan renyah plus anak muda banget.

Film dibuka dengan scene yang konyol sekaligus mengundang gelak tawa para penontonnya, meskipun tetap saja, sadis. Kemudian kisah berlanjut ke kisah Dave Lizewski (Aaron Johnson), seorang anak muda biasa yang payah, cupu, gak gahol, dan teman-temannya yang sangat terobsesi dengan kisah komik superhero. Dia tak punya reputasi di sekolahnya, dia tidak punya penggemar rahasia, apalagi dikejar-kejar seluruh anak cewek di sekolahnya, dia tidak jago dalam hal olahraga serta matematika, dan ia juga tidak punya 3.000 teman di situs jejaring sosial MySpace. Singkatnya, dia tidak bisa dan tidak punya apa-apa. Mungkin, yang hanya dia bisa dan dia punya hanyalah otak yang penuh dengan pikiran mesum dan kedua teman yang sama-sama cupunya serta kemampuan super untuk "tidak terlihat" di depan gadis-gadis. Dave sendiri tinggal berdua dengan ayahnya, sedangkan ibunya telah meninggal karena aneurysm (mengingat film ini adalah film komedi, ibunya pun meninggal dengan cara kematian yang sangat konyol).


Kembali ke ambisi Dave. Saking terobsesi menjadi seorang superhero, sampai-sampai ia membeli sebuah pakaian ketat berwarna hijau yang sebenarnya lebih tepat jika dibilang kostum senam murahan yang didapatinya dari internet untuk mewujudkan mimpinya menjadi superhero. Dengan senjata seadanaya dan tanpa kekuatan sama sekali (kecuai yang saya sebutkan di atas tadi) ia nekat menjadi superhero. Sayangnya, menjadi superhero ternyata tidaklah mudah. Di hari pertamanya menjadi superhero, ia malah ditikam para pencuri mobil dan malangnya lagi, setelah itu ia tertabrak mobil. Namun rupanya Dave tidak pernah kapok, ia kembali dan menjalankan misinya sebagai Kick-Ass versi 2.0 setelah ia sembuh. Misi awalnya kali ini adalah mencari kucing bernama Mr. Bitey (ya, ini bukanlah sebuah lelucon). Kali ini, tampaknya ia beruntung, ia berhasil menemukan Mr Bitey di depan sebuah restoran. Kebetulan juga, saat itu ternyata ada seorang pria yang dikejar-kejar oleh sekawan preman kekar bertato. Kesempatan! Dengan mati-matian ia membela pria tersebut. Saat itu pula, para pengunjung restoran menonton dan mencoba merekam kejadian tersebut. Kali ini, dewi fortuna ternyata berpihak pada Kick-Ass. Si pahlawan "super" ini berhasil mengalahkan para preman tersebut, dan video yang direkam oleh pengunjung restoran tersebut juga berhasil menjadi video yang terbanyak ditonton di situs YouTube. Itulah awal dari kisah superhero kita, Kick-Ass.


Namun "Kick-Ass" tak hanya menceritakan tentang Kick-Ass seorang diri saja, karena diluardugaan Kick-Ass sendiri ternyata ada superhero yang "sebenarnya" di luar sana, mereka adalah Hit-Girl (Chloë Grace Moretz), anak polos berumur 11 tahun bermulut kotor (tapi cantik) namun pandai berkelahi yang tak segan-segan membunuh para penjahat dengan cara yang sangat sadis beserta ayahnya, Big Daddy (Nicolas Cage) seorang superhero sekaligus pelatih Hit-Girl yang notabene merupakan seorang mantan polisi yang nantinya akan berevolusi menjadi seorang superhero dengan pakaian yang mirip Batman. Ketegangan akan tambah terasa dengan kehadiran superhero yang "sebenarnya" ini. Jujur saja, saya lebih menikmati penampilan mereka berdua (khususnya Hit-Girl) jika dibandingkan dengan Kick-Ass sendiri. Mungkin saja, film ini lebih cocok jika diberi judul "Hit-Girl and Big Daddy" ketimbang "Kick-Ass". Oke, lupakan saja ide buruk dan gila saya tadi. Belum cukup? Masih ada superhero lain, yaitu Red Mist alias Chris D'Amico (Christopher Mintz-Plasse) yang tak lain merupakan anak dari Frank D'Amico (Mark Strong) yang merupakan villain utama dalam film ini.


Soal akting, Chloë Grace Moretz adalah yang patut diacungi jempol. Dengan akting yang natural tanpa ada paksaan sama sekali berhasil membuat saya jatuh hati sama Hit-Girl ini (mungkin lebih tepat sama Moretz-nya, hehe). Nicolas Cage pun juga berhasil membawakan karakter ayah sekaligus seorang superhero. Sedangkan Mark Strong, menunjukkan performa yang sangat baik apalagi dengan wajahnya sendiri yang memang "jahat" itu. Begitu pula dengan si Red Mist, Christopher Mintz-Plasse. Namun, Aaron Johnson justru "kalah" dibandingkan pemeran lainnya, padahal sebagai pemeran utama ia seharusnya bisa menujukkan performa terbaiknya  dengan perannya sebagai Dave alias Kick-Ass ini.


Dengan berbagai scene-scene sadis dan berdarah yang siap membuat gigi anda ngilu, terutama bagi yang tidak biasa menonton film dengan banyak adegan darah dan "potong-potong tubuh" namun tetap mengundang gelak tawa, "Kick-Ass" berhasil menyajikan sebuah tontonan menarik dengan tema superhero yang berbeda dari yang lainnya. Mari kita sambut film superhero terbaik di tahun 2010, inilah... "Kick-Ass"!

8.0/10

Friday, August 19, 2011

Tagged under: ,

[Part 2] Top 12 Best Movie Posters!

Suka nonton film-film klasik? Apa film-film klasik yang anda sukai? The Exorcist, The Shining, Psycho, Poltergeist, The Omen (kok horor semua ya?), atau yang lain? Ngomong-ngomong soal film klasik, kali ini saya akan memberitahu anda 12 film klasik dengan poster terbaik, sekaligus melanjutkan bagian pertama yang telah saya posting kemarin.

12. E.T. : The Extra-Terrestrial (1982)
Siapa tidak tahu lukisan terkenal karya Michalangelo yang berjudul "Penciptaan Adam"? Ya, itulah sumber inspirasi (kalau tidak mau dibilang "memelesetkan") poster film karya Steven Spielberg. Namun, tangan siapakah itu yang berada di sebelah kiri? Alien?!

11. Jaws (1975)
Bisakah anda membayangkan jika anda berenang di tengah laut dan ternyata di bawah anda ada seekor hiu yang siap menyerang anda dengan kapan saja?!

10. A Clockwork Orange (1971)
Walaupun menurut saya posternya sangat kontroversial (pasti tahu dong maksud saya?), tapi dengan konsep minimalis plus dengan efek tangan menyembul keluar dari sebuah segitiga menjadikan poster ini menjadi istimewa.

9. Breakfast at Tiffany's (1961)
Dengan background putih yang dihiasi warna-warna full color membuat suasana poster ini begitu ceria. Terlebih dengan pose ikonik Audrey Hepburn yang pastinya masih terngiang-ngiang di kepala sampai sekarang.

8. 2001: A Space Odyssey (1968)
Dengan konsep poster embryo manusia yang (pastinya) akan dilahirkan, menandakan sebuah perjalanan manusia menuju masa depan, sesuai dengan isi film ini. Selain itu, konsep embryo ini juga memberi suasana tenang, sama seperti filmnya yang juga tenang dan minim dialog.

7. Rosemary's Baby (1968)
Sederhana saja dan tanpa perlu basa-basi (termasuk tanpa penggunaan ukuran font besar-besaran) menjadikan poster ini bagaikan sebuah isyarat bisu dari sebuah film horor yang pastinya tak pernah bisu dari teriakan-teriakan ketakutan (Anyway, akhirnya kemarin saya berhasil menonton film ini, dan yey! Sama seperti yang saya ekspekstasikan, meskipun dengan ending yang bikin telinga panas).

6. All About Eve (1950)
Sama seperti poster film "Breakfast at Tiffany's" yang memiliki background putih yang dipermanis dengan warna-warna cerah. Namun, bukan itu yang membuat poster ini menjadi tidak biasa, yaitu dengan konsep yang kreatif yang mengemas poster ini.

5. The Birds (1963)
Apa yang membuat saya mengagumi poster ini? Apalagi kalau bukan desain simpel dan teks "The Birds" yang mengikuti pola bulu burung? Artistik!

4. Casablanca (1942)
Meskipun typical poster ini sama seperti poster pada jamannya, tapi Casablanca berhasil membawa passion tersendiri ke dalam posternya. 

3. Straw Dogs (1971)

Meskipun hanya dengan sebuah lensa kacamata yang pecah, bisa membuat poster ini terasa penuh dengan emosi!

2. Vertigo (1958)
Dengan efek yang tampak berputar-putar berhasil menghipnotis saya!

1. Anatomy of A Murder (1959)
Sederhana, tapi itulah yang membuat saya menaruh poster film ini di urutan pertama!

Well, itulah film-film dengan poster terbaik menurut saya. Sampai jumpa di entri selanjutnya!

Friday, August 12, 2011

Tagged under: ,

[Part 1] Top 12 Best Movie Posters!


Poster suatu film merupakan salah satu modal utama untuk menarik perhatian orang-orang untuk monontonnya. Kadang, poster suatu film bisa saja 'menipu', atau bisa dibilang tidak sebagus yang anda harapkan. Tanpa perlu basa-basi lagi,  inilah 12 poster film terbaik dari film-film tahun 2000an, dan tentu saja menurut pendapat saya! 

12. Cloverfield (2008)
Apa yang membuat poster ini begitu menarik? Hancurnya New York? Ya, itu salah satunya, tapi bukan itu maksud saya. Lalu? Apalagi kalau bukan kepala Patung Liberty yang terpenggal!

11. Lord of War (2005)
Siapa sangka rupa Nicolas Cage ini tersusun dari kumpulan peluru? Kreatif!

10. Paris, Je T'Aime (2006)
Sesuai dengan judulnya, "Paris, Je T'Aime" atau kalau diartikan menjadi "Paris, Aku Mencintaimu", posternya terdiri atas gambar hati yang mewakilkan "Je T'Aime". Lebih uniknya lagi, hati tersebut tersusun dari kumpulan menara eiffel yang mewakilkan kata "Paris".

9. District 9 (2009)
 Menggambarkan sebuah sasaran tembak berupa makhluk angkasa luar yang telah tertembak banyak kali. Apalagi dengan kesan lecek yang menambah keartistikan poter ini. 

8. Premonition (2007)
Sesuai dengan tagline film ini, It's not your imagination!

7. Rabbit Hole (2010)

Kehilangan seorang anak, mungkin awal dari momok menakutkan bagi pasangan suami istri, Howie (Aaron Eckhart) dan Becca (Nicole Kidman). Tak hanya meninggalkan luka mendalam, tapi juga berdampak pada hubungan mereka berdua. Dari hari ke hari hubungan mereka mulai goyah dan seperti berada di ujung tanduk. Kisah dalam film Rabbit Hole ini selain berhasil dikisahkan di dalam filmnya, posternya pun, juga berhasil menjabarkan hubungan antara suami istri yang kian hari makin goyah.

6. The Dark Knight a.k.a. Batman Begins 2 (2008)
Dengan konsep matang seperti filmnya, kartu joker yang ditumpuk membentuk gambar Batman (Christian Bale) yang menandakan pertarungan sengit antara Batman dan Joker (Heath Ledger). Ditambah lagi dengan darah di sekitar mulut Batman yang tampak seperti riasan mulut Joker. Keren!

5. Vacancy (2007)
Apa jadinya jika anda melihat papan motel di pinggir jalan? Biasa saja, mungkin itulah yang anda rasakan. Tapi apa jadinya jika melihat papan motel seperti papan di atas? Ya, hanya dengan sebuah papan motel yang terkesan biasa saja dan tidak ada istimewanya, dapat dirubah menjadi sesuatu yang keren dan istimewa!

4. Buried (2010)
Filmnya sebenarnya cukup sederhana, hanya bersetting di satu tempat saja, yaitu peti. Kedengarannya memang membosankan, tapi percayalah film ini menjadi brillian karena akting Ryan Reynolds yang benar-benar matang. Di sisi lain posternya menampilakan Ryan Reynolds di dalam peti yang dikelilingi oleh quote-quote pujian dari berbagai pengamat film, majalah, maupun situs-situs di internet. Menarik?! Tentu saja!

3. Cold Souls (2009)
Dengan konsep seperti boneka matryoshka yang bertumpuk berhasil membuat poster ini menjadi tidak biasa. Cool!

2. The Dark Knight Rises (2012)
Filmnya memang belum rilis, tetapi melihat sutradaranya, Nolan serta jajaran pemainnya pasti langsung membuat semua orang berekspektasi tinggi terhadap film ini. Bukan hanya itu saja, posternya yang kreatif dan menggunakan tipuan mata membuat para penggemar film-film Nolan semakin tidak sabar menunggu rilisnya film ini.

1. Pintu Terlarang a.k.a. Forbidden Door (2009) 
Dan pilihan saya jatuh pada poster film dari negeri sendiri, "Pintu Terlarang". Posternya sendiri terdiri dari  berbagai ilustrasi sekaligus wajah para pemainnya yang membentuk wajah psycho Gambir (Fachri Albar). Kemudian dipermanis lagi dengan warna-warna full color agak gelap yang menambah kesan vintage. Brillian!

Bagaimana? Sependapat dengan saya?
Berhubung list diatas diambil dari film-film tahun 2000an, jadi saya akan membuat list lagi yang khusus untuk film-film klasik. So, see you again next time!