"There's no moral order as pure as this storm. There's no moral order at all. There's just this: can my violence conquer yours?" ~ Warden McPherson
Berbicara tentang seorang Martin Scorsese memang tak akan ada habisnya. Siapa pun (para movigoer pastinya) pasti tahu sosoknya. Yah, setidaknya kalau pun tak tahu orangnya, pastilah tahu film-filmnya. Sebut saja Casino, Taxi Driver, The Departed, Goodfellas, The Aviator, Gangs of New York, Shutter Island, hingga proyek teranyarnya, Hugo, dan masih banyak lagi. Beralih ke Shutter Island. Dalam film ini, Martin Scorsese kembali mendaulat Leonardo DiCaprio sebagai pemeran utama, setelah sebelumnya bekerja sama dalam film The Aviator dan Gangs of New York. Shutter Island sendiri merupakan adaptasi dari novel karya Dennis Lehane berjudul sama.
Adalah Teddy Daniels (Leonardo DiCaprio), seorang U.S. Marshal bermasa lalu kelam yang menjadi tokoh sentral dalam film ini. Bersama partnernya, Chuck Aule (Mark Ruffalo), dua orang U.S. Marshal ini ditugaskan untuk menyelidiki hilangnya seorang pasien bernama Rachel Solando (Emily Mortimer) di Ashecliffe, sebuah rumah sakit jiwa khusus para kriminal yang terletak di sebuah pulau terpencil, bernama Pulau Shutter. Hilangnya Rachel ini memang sangat misterius. Ia hilang tanpa satu pun jejak yang tertinggal kecuali sebuah catatan kecil bertuliskan "THE LAW OF 4. WHO IS 67?".
Tak ada yang aneh tentang pulau tesebut, kedatangan mereka saja disambut dengan baik oleh seorang deputi ramah bernama McPherson (John Carrol Lynch). Sampai akhirnya mereka bertemu dengan Dr. Crawley (Ben Kingsley), kepala rumah sakit jiwa tersebut yang makin hari makin menunjukkan gerak-gerik mencurigakan. Dr. Crawley seakan menyimpan sebuah rahasia terpendam. Rahasia yang malah membawa Teddy terperangkap ke sebuah dunia kelam dimana tak akan ada jalan keluar.
Dengan latar tahun 1954, Teddy dan Chuck berusaha mengungkap rahasia tersebut, membuka kotak pandora yang selama ini disembunyikan. Bersamaan dengan itu, Teddy juga berusaha untuk melawan segala halusinasi dan mimpi buruknya tentang mendiang istrinya, Dolores (Michelle Williams) yang selama ini menguasai pikiran Teddy.
Shutter Island memang merupakan tipe film yang 'cerdas' alias film yang selalu mengajak penontonnya untuk berpikir dan berpikir lagi, atau bahasa kasarnya 'memutar otak'. Kolaborasi antara naskah dari Laeta Kalogridis dan arahan dari Martin Scorsese lah yang paling berperan disini. Apalagi ditambah editing mumpuni dari Thelma Scoonmaker.
Lewat Shutter Island, Martin Scorsese mencoba membawa kita ke atmosfer yang begitu kelam, sekelam perjalanan Teddy ke sebuah pulau yang penuh dengan misteri yang tak terungkap itu. Apalagi didukung oleh tata suara maha megah yang siap untuk membuat jantung anda berdetak lebih kencang. Jangan lupakan juga sinematografinya yang membawa kesan mencekam itu. Ya, tampaknya memang Martin Scorsese tak pernah gagal dalam urusan ini.
Tak adil rasanya jika kita tak menyinggung penampilan para aktor dan aktrisnya. Yah, dan seperti biasa, memang Martin Scorsese juga tak pernah gagal dalam urusan ini. Dengan menggandeng nama-nama besar Hollywood seperti Leonardo DiCaprio, Mark Ruffalo, Ben Kingsley, dan Michelle Williams, Shutter Island berhasil menyuguhkan pertunjukan kemampuan akting yang luar biasa. Tak hanya mereka saja, seluruh pemerannya patut untuk diacungi jempol, termasuk karakter George Noyce yang berhasil diperankan dengan sangat baik oleh Jackie Earle Haley meski hanya mendapat porsi yang sedikit.
Shutter Island juga ditutup oleh ending yang cukup mengejutkan (meski sebenarnya agak pasaran dan sebelum menontonnya, saya sudah tahu bagaimana endingnya, haha). Tapi, terlepas dari endingnya yang agak pasaran atu mungkin agak predictable, ternyata saya masih bisa menikmatinya, bahkan bisa dibilang sangat menikmati plot yang dibangun Scorsese ini. Tapi, bagaimana pun, masih kalah mengejutkannya dengan fakta bahwa film ini tak masuk satu pun nominasi Oscar.
Sekali lagi, Martin Scorsese mampu menunjukkan totalitasnya sebagai seorang sutradara. Semua elemen yang ada dalam Shutter Island memang tampil nyaris sempurna tanpa lubang sedikit pun, mulai dari cerita, penyutradaraan, naskah, akting, hingga ke bagian teknis seperti sinematografi dari Robbie Robertson, tata musik dari Robert Richardson, serta editingnya dari Thelma Scoonmaker. Semuanya mampu tempil dengan memukau. Satu lagi karya jenius dari Martin Scorsese.
8.5/10
0 comments:
Post a Comment