"Whether or not what we experienced was an According to Hoyle miracle is insignificant. What is significant is that I felt the touch of God. God got involved" ~ Jules
Nama Quentin Tarantino mulai dikenal sejak ia merilis 'Reservoir Dogs' di tahun 1992. Film yang sempat memenangkan International Critics' Award di Toronto International Film Festival 1992 ini sempat menuai banyak pujian dari kritikus-kritikus dunia. Tahun 1994, ia muncul kembali lewat Pulp Fiction, proyek filmnya yang lebih dahsyat dari filmnya terdahulu. Oscar pun sempat meliriknya. Di tahun 1995, Pulp Fiction membawa pulang satu Oscar untuk Best Original Screenplay serta sempat dinominasikan untuk 6 nominasi lainnya, termasuk Best Director dan Best Picture. Tak hanya itu, penghargaan tertinggi di Cannes Film Festival, Palme d'Or juga sempat diraih Pulp Fiction.
Agak susah sebenarnya menceritakan plot Pulp Fiction ini karena memang alurnya sendiri yang diacak menjadi potongan-potongan rapi. Yang jelas, film ini menceritakan kisah tentang dua pembunuh bayaran, Vincent Vega (John Travolta) dan Jules Winnfield (Samuel L. Jackson) serta kisah seorang bos mafia Marsellus Wallace (Ving Rhames) dan istrinya, Mia Wallace (Uma Thurman). Tak ketinggalan pula kisah seorang petinju, Butch (Bruce Willis) juga sepasang kekasih sekaligus perampok, Pumpkin (Tim Roth) dan Honey Bunny (Amanda Plummer).
Pulp Fiction ini memang bukanlah tipikal film crime biasa. Semuanya serba diputarbalikkan di film ini. Tarantino agaknya mencoba untuk mematahkan segala formula klisa film-film Hollywood, dan itu berhasil dengan sangat baik. Itu pulalah yang menjadi salah satu faktor yang membuat film ini menjadi sangat istimewa.
Lihat saja saat Vincent mengantar Mia Wallace, istri Marsellus untuk makan malam. Sepulangnya mereka ke rumah, mereka hanya berdua di rumah, tak ada orang lain. Namun, layaknya sebuah film dengan ending yang twist, Tarantino berhasil menghancurkan pikiran kebanyakan penontonnya (tahu dong maksud saya?) saat ternyata Mia overdosis heroin diakhirnya. Ada pula pasangan kekasih, Pumpkin dan Honey Bunny yang notabene merupakan seorang perampok. Tak seperti kebanyakan perampok lainnya yang mungkin lebih memilih untuk merampok bank atau pun toko perhiasan, mereka malah lebih memilih untuk merampok sebuah coffeeshop.
Belum lagi pasangan hit-man, Vincent dan Jules yang mematahkan image pembunuh bayaran yang kita kenal lewat film-film lain hanya dalam waktu 150 menit. Ya, mereka memang sadis, namun juga ceroboh. Lihat bagaimana cerobohnya mereka saat Vincent tak sengaja menembak kepala seseorang di dalam mobil dan akibatnya, tentu saja seluruh isi dalam mobil tersebut berlumuran darah.
Jangan lupakan pula naskah filmnya yang agak nyeleneh ini. Ya, naskah yang disusun oleh Quentin Tarantino sendiri serta Roger Avary ini memang dipenuhi dengan celetukan-celetukan yang dihiasi kata-kata kotor. Ingat saja scene 'jam tangan' yang awalnya memang terlihat serius yang seketika dihancurkan hanya karena satu kata itu.
Porsi komedi yang menggelitik juga muncul karena dialognya yang aneh dan nyeleneh tadi. Unsur komedi dalam film ini memang lebih mengalir dan tidak terlihat dipaksakan, yang mungkin jika di film lain malah menjadi garing di akhirnya. Tak lupa pula, Tarantino juga menyelipkan unsur satir ke dalam ceritanya ini.
Tak lengkap rasanya jika kita membahas soal Pulp Fiction jika tidak membahas soal akting para pemainnya. Seluruh cast-nya mampu tampil dengan sangat baik. John Travolta dan Samuel L. Jackson sukses memerankan pembunuh bayaran sadis namun ceroboh. Akting Uma Thurman sebagai Mia Wallace pun juga patut untuk diapresiasi. Tak heran jika Oscar saja mengganjarnya dengan 3 nominasi sekaligus di bidang akting, yaitu Best Actor (John Travolta), Best Supporting Actor (Samuel L. Jackson), dan Best Supporting Actress (Uma Thurman).
Seperti yang sudah saya bilang tadi, tak mudah menceritakan plot Pulp Fiction secara gamblang. Ini semua karena film editingnya yang begitu mumpuni. Hampir sama seperti Memento yang mengacak scene-scenenya kemudian merapikan dan menempatkannya lagi di tempat yang tidak semestinya (meski harus diakui soal film editing, Memento lebih unggul).
Seperti yang sudah saya bilang tadi, tak mudah menceritakan plot Pulp Fiction secara gamblang. Ini semua karena film editingnya yang begitu mumpuni. Hampir sama seperti Memento yang mengacak scene-scenenya kemudian merapikan dan menempatkannya lagi di tempat yang tidak semestinya (meski harus diakui soal film editing, Memento lebih unggul).
Tak butuh waktu lama untuk mengakui kemampuan Quentin Tarantino. Hanya dalam waktu 150 menit saja, rasanya sudah cukup untuk membuktikan bahwa Tarantino merupakan sutradara yang jenius. Pulp Fiction berhasil menggebrak formula klise Hollywood, yang mungkin hampir selalu ada dalam film Hollywood lain. Dengan didukung akting memukau para pemainnya, dialog-dialog nyetrum, dan komedi menggelitik, plus ending yang unik (yang mungkin akan anda sadari saat kedua atau ketiga kalinya menonton film ini), Pulp Fiction berhasil menjadi sebuah kesatuan yang amat solid.
9.5/10
so.. endingnya gimana sob? happy ending? sad ending? atau twisted? gw belum nonton soalnya..
ReplyDeleteditonton ajalah, takutnya saya spoiler hehe, tp happy kok *spoilerdikit*
ReplyDeleteSaya juga suka film ini gan, kebetulan saya ada koleksinya, silahkan kunjungi blog saya :D
ReplyDeleteDaftar Film yang Disutradari oleh Quentin Tarantino + Link Download Bluray [Terlengkap]
Semuanya Bluray Rip 1080p
http://penuhsyukur.blogspot.com/2014/06/daftar-film-yang-disutradari-oleh.html