"Barton: I want you on that roof, eyes on everything. Call out patterns and strays. Stark: you've got the perimeter. Anything gets more than three blocks out, you turn it back or you turn it to ash. Thor: you've gotta try and bottlenecks that portal, slow them down. You've got the lightning. Light the bastards up! You (Black Widow) and me: we stay here on the ground, keep the fighting here. And Hulk: SMASH!" ~ Captain America
Tampaknya akhir-akhir ini memang sangat cocok jika disebut sebagai surganya film-film superhero. Bagaimana tidak? Di tahun 2012 ini saja, Hollywood punya banyak film bertema ini. Sebut saja reboot Spiderman, The Amazing Spider-Man hingga penutup trilogi Batman versi Nolan, The Dark Knight Rises. Belum lagi termasuk upcoming film lainnya, seperti Man of Steel, Iron Man 3, dan Kick-Ass 2. Di samping semua itu, jangan lupakan satu film blockbuster superhero lagi. Bukan hanya satu superhero dalam satu film, tapi enam (atau empat?) sekaligus! Guess what? Ya, apalagi kalau bukan The Avengers!
The Avengers memang fenomenal. Film arah Joss Whedon yang diproduksi Marvel Studios dan didistribusi Walt Disney Pictures ini bahkan berhasil menjadi film dengan pendapatan terbanyak di minggu pertamanya, juga film dengan box-office ketiga terbanyak di bawah dua 'anak' James Cameron, Titanic dan Avatar. The Avengers sendiri berhasil meraup pendapatan sebesar 1,481 milyar dollar, 'hanya' dengan budget 220 juta dollar. Bukan hanya sukses secara komersil, The Avengers juga sukses secara kualitas dan kritikan. Terbukti, film ini mampu mencapai 92% certified fresh di situs Rotten Tomatoes dan rating 8.5/10 di IMDb.
Di awal durasi saja, kita langsung diperkenalkan oleh main villain, Loki (Tom Hiddleston) yang tiba-tiba saja mencuri sebuah sumber energi luar biasa, tesseract dari sebuah agen spionasi bernama S.H.I.E.L.D. yang dikepalai seorang negro dengan penutup mata bajak laut, Nick Fury (Samuel L. Jackson). Apa tujuan Loki? Tak lain, ia ingin menguasai dunia, dan lewat tesseract, ia dapat membuka portal untuk para tentaranya alias Chitauri agar memporakporandakan bumi.
Nick Fury tentu tak hanya diam, dibantu oleh agen-agennyanya, termasuk Natasha Romanoff/Black Widow (Scarlett Johansson) dan Clint Barton/Hawkeye (Jeremy Renner), ia merekrut empat superhero, Tony Stark/Iron Man (Robert Downey Jr.), Steve Roger/Captain America (Chris Evans), Bruce Banner/Hulk (Mark Ruffalo), dan kakak tiri Loki, Thor (Chris Hemsworth). Mereka berempat, bersama dengan Black Widow dan Hawkeye berusaha untuk menghentikan rencana jahat Loki.
Enam superhero dalam satu film tentu merupakan sebuah daya tarik besar bagi penonton, namun juga merupakan suatu pekerjaan berat bagi filmmaker-nya. Tentu bukan pekerjaan mudah untuk menggabungkan ke-6 superhero ini dengan porsi yang benar-benar pas. Jika ternyata ini berhasil, tentulah kita harus memberikan apresiasi lebih kepada sang sutradara sekaligu screenwriter, Joss Whedon. Ya, dan kenyataannya, Joss Whedon sukses memberikan porsi pas bagi setiap karakter superheronya.
Tak hanya itu, Whedon juga menyelipkan banyak dialog-dialog komedi yang kerap keluar dari mulut Iron Man, termasuk secuil perseteruan-nya dengan Captain America. Jangan lupakan Hulk, yang juga ternyata punya sense of humor tinggi. Bayangkan, tanpa berkata-kata pun, ia dapat menyampaikan scene-scene pengundang tawa namun dengan tetap tak meninggalkan unsur keseruan dan action-nya.
Kadar action? Serahkan semuanya pada keenam superhero ini. Tentu merupakan hal pasti bahwa keenam superhero ini punya kans yang sangat besar untuk keseluruhan aksi film, terlebih dengan klimaks yang berlatar di Big Apple, New York. Siapa yang bisa menolak pertarungan enam superhero melawan Loki plus ribuan tentaranya di tengah-tengah New York yang porak-poranda? Bahkan, seorang yang bukan fanboy pun rasanya tak akan menolak hal ini.
Berbeda dengan 'kembarannya', The Dark Knight Rises yang punya cerita seru yang lebih padat, kompleks, dan complicated, The Avengers justru tampil dengan cerita yang juga seru, tapi lebih mudah dicerna penontonnya, namun tetap tak terjerumus dalam cerita superhero yang murahan. Terlebih, Whedon juga menambahkan porsi komedi yang cukup seimbang. Memang sedikit membosankan di awal durasinya, namun seiring berjalannya waktu, The Avengers mampu menyajikan keseruan luar biasa dan membuat level film superhero naik, setidaknya satu level.
The Avengers punya banyak segudang nama besar Hollywood di balik karakter-karakter komik populernya. Sebut saja Mark Ruffalo, Robert Downey Jr., Chris Evans, Chris Hemsworth, Scarlett Johansson, Jeremy Renner, Samuel L. Jackson, dan Tom Hiddleston. Para aktor ini tentu saja kemampuannya sudah tak usah dipertanyakan lagi, dan di The Avengers, mereka juga berhasil membuktikan itu.
Sebagai si milyuner konyol, Tony Stark alias Iron Man, ada Robert Downey Jr. yang rupanya masih nyaman memerankan karakter ini untuk yang ketiga kalinya. Sedangkan Mark Ruffalo yang memerankan Bruce Banner, yang tak lain merupakan the other guy, Hulk juga mampu tampil dengan sangat meyakinkan. Padahal, ini merupakan kali pertama ia memerankan scene stealer ini. Chris Evans sebagai Steve Roger dan alter ego-nya Captain America juga mampu memerankan superhero sekaligus pemimpin. Begitu pula dengan Chris Hemsworth yang memerankan Thor dan adiknya Loki yang diperankan Tom Hiddleston serta dua agen S.H.I.E.L.D., Hawkeye (Jeremy Renner) dan Black Widow (Scarlett Johansson) juga sama-sama dapat memerankan perannya dengan baik.
The Avengers tak hanya punya kadar action seru, porsi karakter pas, hingga departemen akting yang sangat baik. Film ini juga tampil menawan lewat balutan visual-effects-nya yang ikut menunjang keseruan action yang telah ada. Lihat saja graphic luar biasa 'pesawat teripang' yang datang jauh-jauh dari angkasa luar bersama para tentaranya yang mirip xenomorph. Ada juga porak-porandanya New York yang begitu realistis. Sungguh suatu pengalaman visual yang luar biasa.
The Avengers juga punya scoring heroik yang merasuki pikiran, meski memang kurang blend. Di sela-sela visualnya yang mumpuni dan keseruan yang luar biasa, ia juga disisipi oleh scoringnya yang ikut menjaga kokohnya intensitas sepanjang film, terutama pada adegan-adegan laganya. Tentu saja intensitas yang begitu terjaga ini bukan hanya karena peran scoring-nya yang membahana saja, tapi juga peran Whedon selaku pengarah film.
Siapapun pasti tak akan menyangkal kalau penggabungan enam superhero ini merupakan suatu hal yang beresiko namun cerdas. Saya akui bahwa Joss Whedon berhasil memangkas setiap resiko yang ia hadapi dan dengan cerdasnya, ia membuat setiap karakter mempunyai porsi pas. The Avengers punya segalanya untuk menjadi sebuah film blockbuster yang tetap mengedepankan kuantitas namun tak melupakan kualitas.
Tak butuh waktu lama bagi saya untuk mengatakan bahwa The Avengers merupakan film yang sangat seru, terlebih ada enam superhero yang berkumpul menjadi satu untuk menumpas kejahatan. Memang masih sedikit di bawah The Dark Knight Rises yang fantastis, namun The Avengers tetap dapat tampil dengan memukau lewat visual, audio, akting, dan ceritanya selama dua jam durasinya yang bahkan sama sekali tak terasa berkat kadar enjoyable film ini yang sangat tinggi. Well, jika sekarang ini marak muncul film berfokus superhero, apalagi film superhero yang akan muncul? The Incredibles 2, maybe? Pixar?
8.0/10
0 comments:
Post a Comment