"Back off, Susan Boyle!" ~ Ted
Seperti yang saya bilang tadi, Seth MacFarlane memang banyak ambil bagian dalam film ini. Bukan hanya sebagai produser, tapi juga sutradara, penulis naskah, bahkan hingga salah seorang pemeran utama. Selain dibintangi oleh Seth MacFarlane sendiri, film ini juga dibintangi oleh Mila Kunis, Jessica Barth, Giovanni Ribisi, serta Joel McHale. Tapi, yang menjadi sorotan tentunya adalah sang pemeran utama, Mark Wahlberg yang biasanya membintangi film aksi maupun thriller, namun kali ini bermain dalam film komedi kotor.
John Bennett (Bretton Manley) merupakan seorang bocah yang tak pernah merasakan persahabatan sekalipun. Teman pun, ia tak pernah punya. Ia selalu dijauhi oleh anak-anak di lingkungannya. Sampai suatu saat, ia akhirnya mempunyai sebuah sahabat. Ya, bukan seorang, melainkan sebuah, karena sahabatnya itu hanyalah sebuah boneka teddy bear. Tentu, ia tak bisa diajak mengobrol seperti sahabat lainnya. Suatu malam, John membuat sebuah harapan agar Ted berubah menjadi hidup. Keajaiban pun terjadi, Ted berubah menjadi beruang lucu nan menggemaskan. Seluruh dunia menyorotnya dan menjuluki Ted sebagai sebuah keajaiban.
Tapi, semua orang makin hari bertambah dewasa, itu pula yang terjadi pada Ted. Sampai John (Mark Wahlberg) berusia 35 tahun pun, Ted (Seth MacFarlane) masih setia menjadi sahabatnya. Namun, Ted bukanlah satu-satunya 'orang' dalam kehidupan John, ada pula Lori Collins (Mila Kunis) yang tak lain merupakan kekasih Lori. Mereka bertiga tinggal di apartemen milik Lori. Masalah datang ketika Lori merasa terganggu kehidupan cintanya karena kehadiran Ted yang ia rasa selalu merusak momen-momennya dengan John. Lori pun membuat sebuah pilihan kepada John: pilih Ted atau dirinya.
Jangan pernah tertipu dengan openingnya yang lebih mirip sebuah film fantasi anak-anak. Jangan pula pernah mengira bahwa film ini akan menjadi sebuah film keluarga menjelang natal dengan boneka teddy bear hidup yang bersikap manis, ramah, nan, menggemaskan. Mengapa? Karena setelah opening itu kita akan disuguhkan sajian yang sangat bertolak belakang dengan segmen awalnya. Tak ada lagi Ted yang imut dan bersuara lembut.
Ted yang awalnya merupakan boneka ramah dan lucu, berubah menjadi boneka, yah memang masih lucu dan menggemaskan. Tapi tunggu sampai dia membuka mulutnya dan mengeluarkan kata-kata ajaibnya. Lihat pula kelakuannya yang sembrono bahkan terkesan vulgar. Ya, Seth MacFarlane memang harus diacungi jempol karena ini. Layaknya Hercule Poirot yang punya jutaan sel kelabu di otaknya, ia juga punya pikiran-pikiran liar yang ia tunjukkan dalam film ini, khususnya dialog-dialog cerdas nan ajaib ciptaannya yang sering kali menyentil berbagai hal namun dapat membuat kita tertawa terbahak-bahak.
Dari awal hingga akhir durasinya, Ted selalu menyajikan komedi yang sangat sukses untuk mengocok perut penonton. Segala komedi kotor dan jorok memang ada di dalamnya. Ya, dan hampir semuanya merupakan andil dari kelakuan Ted yang aneh-aneh. Bagaimana ia diterima di tempat kerjanya, bagaimana ia dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi, dan segala joke-joke dan ucapan-ucapan kotor darinya memang sangat menghibur.
Jangan lupakan pula bahwa film ini punya narasi yang disuarakan Patrick Stewart dengan gemilang. Sesuai genrenya yang memang komedi, tentu narasi dari Patrick Stewart ini juga punya joke-joke andalannya. Memang hanya muncul di awal dan ending filmnya saja, namun harus diakui narasi ini memang benar-benar juara untuk menghibur penonton, khususnya ketika di akhir film.
Tapi, Ted tidak sepenuhnya merupakan komedi, film ini juga punya porsi drama dan romance. Dramanya sendiri sebenarnya cukup klise dan tak sekuat porsi komedinya yang pol-polan. Di bagian dramanya, ia punya romansa antara John dan Lori, meski sebenarnya bukanlah jualan utama seperti komedinya, namun dapat dinikmati dengan baik, karena chemistry antara Mark Wahlberg dan Mila Kunis yang terjalin kuat. Bukan hanya John yang bisa punya kekasih, Ted juga tak ingin kalah. Ted sendiri menjalin asmara dengan Tami-Lynn yang sama-sama bekerja di supermarket. Lain dari hubungan asmara John dan Lori yang lebih romantis, maka dapat dipastikan bahwa hubungan Ted dan Tami-Lynn akan lebih nyeleneh dan vulgar.
Seth MacFarlane juga menyisipkan sebuah side-story mengenai penculikan Ted. Dan yah, penculiknya juga sudah pasti menyimpang dari penculik biasanya. Side-story ini sebenarnya terkesan agak dipaksakan, meski komedi yang terselip di antaranya tetap dapat menghibur. Bahkan, salah satu dialog terbaiknya terdapat dalam segmen ini. Beruntung, Giovanni Ribisi yang memerankan sang penculik bermuka preman namun punya kelakuan agak menyimpang dapat berakting dengan baik.
Giovanni Ribisi tentu tak sendiri. Di depannya, ada Mark Wahlberg yang juga dapat memberikan penampilan yang memuaskan. Bersamanya, ada pula Mila Kunis yang juga mampu tampil baik. Dan sebagai orang yang bersembunyi di balik Ted si mulut kotor, tentu Seth MacFarlane benar-benar berhasil memberikan nyawanya kepada Ted, yang membuat kita merasakan bahwa Ted benar-benar nyata dan hidup. Ya, meski kita hanya dapat mendengar suaranya. Ada pula beberapa cameo seperti Ryan Reynolds, Tom Skerritt, dan Norah Jones.
Ted adalah film drama komedi yang sangat menarik. Dengan berkamuflase sebagai teddy bear yang menggemaskan, ia dapat keluar dengan menyebarkan setumpuk lelucon-lelucon segar yang didukung pula oleh departemen akting yang baik. Ted mampu membuktikan bahwa film komedi kasar dan kotor tak hanya melulu melibatkan hal yang itu-itu saja. Berangkat dari ide basi, Ted dapat merombaknya kembali dan tetap mampu menjadi sebuah alat pengocok perut yang benar-benar efektif.
Ted yang awalnya merupakan boneka ramah dan lucu, berubah menjadi boneka, yah memang masih lucu dan menggemaskan. Tapi tunggu sampai dia membuka mulutnya dan mengeluarkan kata-kata ajaibnya. Lihat pula kelakuannya yang sembrono bahkan terkesan vulgar. Ya, Seth MacFarlane memang harus diacungi jempol karena ini. Layaknya Hercule Poirot yang punya jutaan sel kelabu di otaknya, ia juga punya pikiran-pikiran liar yang ia tunjukkan dalam film ini, khususnya dialog-dialog cerdas nan ajaib ciptaannya yang sering kali menyentil berbagai hal namun dapat membuat kita tertawa terbahak-bahak.
Dari awal hingga akhir durasinya, Ted selalu menyajikan komedi yang sangat sukses untuk mengocok perut penonton. Segala komedi kotor dan jorok memang ada di dalamnya. Ya, dan hampir semuanya merupakan andil dari kelakuan Ted yang aneh-aneh. Bagaimana ia diterima di tempat kerjanya, bagaimana ia dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi, dan segala joke-joke dan ucapan-ucapan kotor darinya memang sangat menghibur.
Jangan lupakan pula bahwa film ini punya narasi yang disuarakan Patrick Stewart dengan gemilang. Sesuai genrenya yang memang komedi, tentu narasi dari Patrick Stewart ini juga punya joke-joke andalannya. Memang hanya muncul di awal dan ending filmnya saja, namun harus diakui narasi ini memang benar-benar juara untuk menghibur penonton, khususnya ketika di akhir film.
Tapi, Ted tidak sepenuhnya merupakan komedi, film ini juga punya porsi drama dan romance. Dramanya sendiri sebenarnya cukup klise dan tak sekuat porsi komedinya yang pol-polan. Di bagian dramanya, ia punya romansa antara John dan Lori, meski sebenarnya bukanlah jualan utama seperti komedinya, namun dapat dinikmati dengan baik, karena chemistry antara Mark Wahlberg dan Mila Kunis yang terjalin kuat. Bukan hanya John yang bisa punya kekasih, Ted juga tak ingin kalah. Ted sendiri menjalin asmara dengan Tami-Lynn yang sama-sama bekerja di supermarket. Lain dari hubungan asmara John dan Lori yang lebih romantis, maka dapat dipastikan bahwa hubungan Ted dan Tami-Lynn akan lebih nyeleneh dan vulgar.
Seth MacFarlane juga menyisipkan sebuah side-story mengenai penculikan Ted. Dan yah, penculiknya juga sudah pasti menyimpang dari penculik biasanya. Side-story ini sebenarnya terkesan agak dipaksakan, meski komedi yang terselip di antaranya tetap dapat menghibur. Bahkan, salah satu dialog terbaiknya terdapat dalam segmen ini. Beruntung, Giovanni Ribisi yang memerankan sang penculik bermuka preman namun punya kelakuan agak menyimpang dapat berakting dengan baik.
Giovanni Ribisi tentu tak sendiri. Di depannya, ada Mark Wahlberg yang juga dapat memberikan penampilan yang memuaskan. Bersamanya, ada pula Mila Kunis yang juga mampu tampil baik. Dan sebagai orang yang bersembunyi di balik Ted si mulut kotor, tentu Seth MacFarlane benar-benar berhasil memberikan nyawanya kepada Ted, yang membuat kita merasakan bahwa Ted benar-benar nyata dan hidup. Ya, meski kita hanya dapat mendengar suaranya. Ada pula beberapa cameo seperti Ryan Reynolds, Tom Skerritt, dan Norah Jones.
Ted adalah film drama komedi yang sangat menarik. Dengan berkamuflase sebagai teddy bear yang menggemaskan, ia dapat keluar dengan menyebarkan setumpuk lelucon-lelucon segar yang didukung pula oleh departemen akting yang baik. Ted mampu membuktikan bahwa film komedi kasar dan kotor tak hanya melulu melibatkan hal yang itu-itu saja. Berangkat dari ide basi, Ted dapat merombaknya kembali dan tetap mampu menjadi sebuah alat pengocok perut yang benar-benar efektif.
8.0/10
0 comments:
Post a Comment