"It's not an S. On my world, it means hope." ~ Clark Kent
Setelah selesai dan
sukses berat dengan kelahiran kembali manusia kelelawar, Batman, yang
dipelopori Christopher Nolan, sampai-sampai dibuat menjadi sebuah trilogi, kini
DC Comics mulai mencoba hal yang sama: melahirkan kembali tokoh legendaris
mereka. Namun, Bruce Wayne tak perlu repot-repot digambarkan 'bangkit' dari
kematian seperti yang dilakukan franchise Fast & Furious
dengan 'membangkitkan' Letty dalam serinya yang ke-6, karena kali ini yang
mereka akan bangkitakan adalah Kal-El alias Clark Kent alias... Superman!
Dalam proyek terbaru DC
Comics ini, Christopher Nolan masih terlibat, namun tidak lagi duduk di kursi
sutradara, melainkan menjelma menjadi produser. Untuk bangku sutradara, dipercayakan
pada Zack Snyder, yang sebelumnya pernah membuat Watchmen. Bekerja sama dengan
Snyder selau sutradara, David S. Goyer bertugas untuk menulis naskah film ini.
Sementara itu, tokoh Superman sendiri tidak lagi diperankan Brandon Routh,
namun kali ini berpindah ke tangan Henry Cavill, lalu sebagai Lois Lane, ada
Amy Adams, future Oscar-winner.
Di sebuah planet bernama
Krypton sedang berada dalam ambang kehancuran karena inti yang tidak stabil.
Tidak itu saja, terbentuk pula kaum pemberontak yang dipimpin oleh Jenderal Zod
(Michael Shannon) yang berhasil menaklukkan dewan penguasa. Di sisi lain,
lahirlah seorang bayi laki-lai bernama Kal-El, anak dari ilmuwan Jor-El (Russel
Crowe) serta istrinya Lara (Ayelet Zurer). Di tengah kehancuran tersebut, mereka
akhirnya memutuskan untuk mengirim Kal-El ke bumi demi menyelamatkan anak
mereka sekaligus ras Krypton sendiri. Setelah membunuh Jor-El, Jenderal Zod
serta pasukannya berhasil ditangkap dan dijebloskan ke Zona Bayangan.
Di bumi, Kal-El yang
telah berganti nama menjadi Clark Kent, diasuh oleh Jonathan Kent (Kevin
Costner) dan Martha Kent (Diane Lane). Karena lingkungan dan gaya gravitasi
yang berbeda dengan Krypton, membuat Clark menjadi lebih kuat ketimbang manusia
lainnya. Semasa kecilnya, ia pun menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh dengan
dirinya, yang membuat Clark kerap dijauhi dan terasingkan dari teman-temannya.
Namun, ini semua hanyalah awal dari segalanya, awal dari sesosok pahlawan
legendaris (yah, meski fiksi).
Masalah utama yang ada
pada film ini adalah script dari David Goyer. Ceritanya
sendiri tidak terlalu kompleks dan original, namun saya lebih menekankan
masalah pada pengembangan karakter yang harusnya dapat dikembangkan lebih lagi.
Meskipun langkah Goyer untuk menjadi Lois Lane menjadi pemeran utama merupakan
langkah yang tepat bagi saya, namun di dalam naskahnya, nampaknya Goyer lupa
untuk menambahkan kadar-kadar romansa manis di dalam naskahnya. Hasilnya,
sebagus apa pun usaha Henry Cavill dan Amy Adams dalam memerankan karakternya,
tetap saja hubungan mereka tak sekuat film-film Superman lainnya.
Namun, apakah lantas ini
menjadikan naskah Goyer menjadi naskah buruk? Tidak juga. Selain menjadikan
Lois Lane menjadi karakter utama wanita dalam film ini, masih ada beberapa
kelebihan yang patut diapresiasi. Ia masih memiliki hal-hal yang bagi saya
terbilang kreatif. Contohnya, sepanjang film, hampir tak pernah ada kata
'superman' yang diucapkan. Kata 'superman' ini hanya diucapkan sekali saja
selama lebih dari 2 jamnya, meski sebenarnya karakter Lois Lane juga pernah
hampir mengatakan kata ini, walau akhirnya diinterupsi. Ya, kedengarannya hal
sepele, namun, jujur saja, hal ini tak pernah terlintas di dalam otak saya:
film tentang Superman dimana hanya ada 1 dialog 'superman' di film yang bahkan
judulnya tak memajang nama 'superman'?
Hadirnya Man of Steel
dengan gaya penceritaan yang non-linear bagi saya kurang cocok
dengan film ini sendiri. Dengan adegan yang lompat sana-sini, malah membuat
beberapa detail yang seharusnya dapat makin memperkuat cerita yang dihadirkan,
malah hilang. Contohnya saja ketika Kal-El dikirim ke bumi, tak ditampilkan
bagaimana Kal-El ditemukan oleh orang tua angkatnya di bumi. Padahal hal ini
mampu mengokohkan esensi emosional yang akhirnya malah memantapkan keseluruhan
film.
Beruntung, film ini
masih memiliki Zack Snyder. Karena, Man of Steel masih mampu menangkap
momen-momen emosional yang dapat disampaikan dengan baik oleh Zack Snyder. Saya sangat menyukai scene dimana saat terjadi tornado di kampung halaman Clark Kent,
yang akhirnya membuat ayahnya menemui ajal, walaupun kalau dicermati, kisah
emosional ini memang kurang masuk di akal (sekali lagi, naskah), namun Snyder
dengan lihai mampu mengemasnya menjadi sebuah momen yang sangat memorable dan menyentuh.
Kemampuan Zack Snyder
dalam mengemas aksi demi aksi tentu tak usah dipermasalahkan, karena
sebelumnya, ia pernah teruji ketika menangani Watchmen. Sejak awal film, kita
telah disajikan sekuen aksi yang sangat seru dan menegangkan. Menuju akhir,
kita disajikan lagi aksi yang lebih fantastis. Walau akhirnya harus
mengorbankan durasi yang lebih lama lagi, namun tetap saja aksi ini mampu
membuat siapa pun duduk di kursi bioskop masing-masing dengan perasaan tegang
dan dengan jantung berdegup kencang. Tak sampai disitu, Snyder juga berhasil
dalam melahirkan sebuah atmosfer yang gelap, sebuah atmosfer yang tak pernah
saya temukan dalam film Superman lainnya. Tentu, hal ini tak segelap apa yang
kita temukan dalam The Dark Knight, karena dari segi cerita pun, Man of Steel
tidak terlalu berliku dan kompleks.
Penyutradaraan Zack
Snyder yang baik ini didukung pula oleh tata produksi yang begitu rapi. Untuk
sebuah summer-blockuster seperti Man
of Steel, tentu visual-effects menjadi
salah satu aspek terpenting, dan untuk urusan ini, Man of Steel mampu
menyajikan sebuah sajian visual yang sangat menakjubkan. Original score? Jika ada tangan dingin Hans Zimmer di belakangnya,
maka itu artinya tak ada sesuatu pun yang perlu dipermasalahkan.
Soal cast,
sebenarnya tak ada alasan untuk mencela jajaran aktor ternama ini. Henry Cavill
mampu tampil cool dan dingin sebagai Superman. Amy Adams,
meskipun umurnya terlampau jauh dengan Cavill, namun ia berhasil memerankan
Lois Lane setelah beban yang diberikan padanya, yaitu menjadi lead
character, walaupun perannya bukan tipe-tipe Oscar-worthy yang
biasa peraih 3 nominasi Oscar ini perankan. Michael Shannon, juga
berhasil meyakinkan sebagai Jenderal Zod, meski rasanya aneh, karena ini
pertama kalinya saya melihat ia sebagai antagonis (entah ini peran antagonis
pertamanya atau tidak).
Kevin Costner, mampu
menjelma menjadi Jonathan Kent yang merupakan salah satu karakter terpenting
dalam film ini, karena memiliki hubungan emosional mendalam dengan tokoh
sentral, meski sebenarnya tak memiliki hubungan darah sama sekali. Kevin
Costner dan Henry Cavill beserta pemeran Clark Kent di usia lainnya mampu
membangun sebuah chemistry yang erat.
Sama halnya dengan Costner, ikatan yang terjalin antara Diane Lane dengan Henry
Cavill pun terasa begitu kokoh.
Film ini tak seburuk
yang kritikus katakan, namun memang tidaklah sempurna. Zack Snyder mampu
mengemasnya menjadi sebuah tontonan yang menghibur, dan membawa sosok pahlawan
ini ke sebuah tingkat yang lebih gelap dari biasanya. Namun, kendala terbesar
terletak pada naskah dari David Goyer yang membutuhkan lebih banyak character
development dan kurangnya romansa Clark-Lane. Namun, ada banyak hal yang sebenarnya patut diacungi jempol dan menjadi kekuatan naskahnya,
seperti usaha Goyer untuk membuat karakter Lois Lane menjadi lead
female character, dialog yang tak bermasalah, dan masih banyak lagi. Menurut saya, naskahnya jauh dari kata buruk, materinya bagus dan meyakinkan, walau dalam pengembangannya memang ada hal-hal yang mengganjal, namun saya masih dapat menikmati sebagian besar naskah tersebut.
Selain
itu? Rasanya tak ada yang perlu dikritik dari Man of Steel, cast-nya
mampu tampil baik dengan Henry Cavill yang bagi saya cocok sebegai Superman
baru kita. Saya suka dengan tone gelap yang film
ini bawa (meski tak segelap trilogi Batman dari Nolan), kostum barunya, dan
sekuen aksi (meski kata beberapa orang berlebihan) dan visualnya. Sebuah
permulaan yang meski tak sempurna, namun jauh dari kata buruk (setidaknya layak
mendapatkan nilai di atas 56% dalam Rotten Tomatoes). Akhirnya, Man of Steel adalah sebuah
momen kelahiran kembali sosok Superman yang sangat seru dan mengasyikkan! Can't wait for the sequel!
0 comments:
Post a Comment