"Fasten your seatbelts, it's going to be a bumpy night!" ~ Margo Channing
Hollywood at its best, mungkin itulah ungkapan paling tepat bagi the golden age of Hollywood. Dari zaman film bisu hitam-putih, hingga film berwarna, semuanya tak terlupakan. Dari rentang 1920 hingga awal 1960, mungkin tahun 1950 merupakan salah satu tahun emasnya. Dari animasi Cinderella, lalu King Solomon's Mine, Born Yesterday, kemudian ada film noir The Third Man dari Carol Reed dengan Orson Welles yang tak terlupakan, hingga persaingan super sengit antara All About Eve dengan Sunset Boulevard dalam Oscar 1951. What a year!
Akhirnya, persaingan tersebut berakhir dengan kemenangan besar All About Eve, membawa pulang 6 Oscar dari 14 nominasi yang didapatkanya, nominasi terbanyak yang didapatkan sebuah film dalam sejarah Academy Awards. Film ini ditangani oleh Joseph L. Mankiewicz dalam 2 sektor sekaligus, penyutradaraan dan penulisan naskah yang diangkat dari sebuah cerpen berjudul The Wisdom of Eve karya Mary Orr. Film ini dibintangi oleh Bette Davis, Anne Baxter, George Sander, Thelma Ritter, Marilyn Monroe, dan masih banyak lagi.
Semua kisah tentang Eve ini bermula dari pertemuan seorang middle-aged broadway star banyak omong, Margo Channing (Bette Davis) dengan salah seorang fansnya asal San Fransisco yang sangat sopan, Eve Harrington (Anne Baxter), yang dipertemukan oleh sahabat Margo sendiri, Karen Richards (Celeste Holm), yang juga merupakan istri dari playwright dari play Margo, Llyod Richards (Hugh Marlowe). Semenjak bertemu, Eve memutuskan untuk mengabdi pada Margo dan akhirnya menjadi orang kepercayaannya. Namun, seiring fisiknya yang termakan usia, Margo mulai merasa paranoid bahwa Eve yang lembut, muda, dan cantik itu akan mengambil posisinya selama ini.
Awalnya, All About Eve terlihat seperti kisah seorang insecure diva belaka, namun itu hanya ada di permukaannya. Di dalamnya, All About Eve memiliki sejuta alasan mengapa film ini merupakan salah satu film terbaik yang pernah ada, dan juga sejuta alasan untuk tidak menyukai dan mencintai film ini. Naskah? Plot yang Joseph L. Mankiewicz tawarkan bukan hanya sanggup menghipnotis siapa saja, namun saya jamin tak akan dapat dilupakan bagi siapa pun yang menontonnya, bahkan dengan mudah dapat dikatakan merupakan plot terbaik yang pernah ada dalam sejarah perfilman. Namun, yang jadi pertanyaannya, apa yang membuat screenplay pemenang Oscar ini begitu hebat?
Dialog, dialog, dialog (plus monolog). Ya, Mankiewicz mampu membuat sebuah naskah dari film yang berdurasi 138 menit dengan dialog yang memorable dan tak pernah membosankan, untuk sedetik pun. Mankiewicz tak pernah kehabisan akal dalam menciptakan dialog yang setiap kehadirannya, dialog tersebut terasa begitu cerdas, kreatif, dan witty. Siapa yang bisa melupakan Margo's "Fasten your seatbelts.."? Ini semua membuat setiap karakter di film ini, tak pernah sekalipun kehilangan auranya, selama mereka terus membuka mulut mereka. Saya selalu suka dengan monolog awal film ini, saya tak hanya berbicara tentang bagaimana bagusnya monolog tersebut, namun bagaimana cara Mankiewicz menceritakannya dengan begitu mengalir yang nantinya membawa kita ke sebuah kisah tentang dunia broadway dan borok-boroknya.
Ya, All About Eve bukan hanya tentang Eve semata. Memang benar, Eve Harrington (dan Margo Channing!) lah yang berada dalam lampu sorot, namun lingkup-lingkup dan problematika-problematika di antara mereka adalah keseluruhan panggung teater yang siap dipertontonkan. Singkatnya, All About Eve adalah sebuah drama satirikal. Dengan alibi 'dunia teater', film ini berhasil menyajikan kritikan-kritikan secara halusnya pada Hollywood yang penuh kultur glamor, lengkap dengan sifat-sifatnya yang telah mendarah daging. Sekilas, apa yang Mankiewicz coba tampilkan disini terasa berat, namun semua itu mampu di bawahkan dengan sebuah naskah yang cukup ringan dan mudah diikuti.
Soal plot, All About Eve juga juaranya. Mengetengahkan sebuah kisah tentang seorang bintang besar broadway perlahan termakan usia yang merasa tersaingi orang kepercayaannya sendiri yang jauh lebih muda, memang terdengar seperti kisah yang lurus-lurus saja. Namun, seiring berjalannya waktu, kisah ini makin melebar, hingga akhirnya, pada third act, All About Eve mulai membuka tabirnya dengan sebuah twist yang begitu unpredictable. Belum cukup, All About Eve menutup kisahnya dengan sesuatu yang tidak biasanya kita temukan dalam film sejenis. Saya sebenarnya tidak ingin memberikan anda spoiler, tapi bisa dibilang, film ini menjawab hukum karma dengan sebuah jawaban yang elegan dan tetap glamor, dan yang terpenting, jauh dari kata cliche. Wow!
Sebagai sutradara sekaligus screenwriter, Joseph L. Mankiewicz, punya kuasa penuh untuk menangani All About Eve. Dengan materi hebat yang ia tulis, dalam lapangan pun, tak ada masalah yang muncul. Ia berhasil mengarahkan para cast dengan sangat baik. Ia juga mampu mengemas twist dengan perlahan dan halus, hal yang sama juga terjadi transisi di antaranya, plus mengakhiri All About Eve dengan sebuah kemasan yang mewah. Tak hanya ending, secara keseluruhan, Mankiewicz dapat membuat All About Eve menjadi sebuah kemasan, sebuah harta karun yang bertebaran emas dan berlian.
Dilihat dari perolehan nominasi Oscar yang diraih oleh cast-nya, yaitu 5 nominasi (1 diantaranya berhasil menang), maka rasanya tak perlu lagi diragukan kekuatan lini ini. Eve Harrington yang dimainkan oleh Anne Baxter adalah pundak dari film ini. Subtle, innocent, complicated, dan kawan -kawannya adalah kata-kata yang peling tepat menggambarkan seorang Eve. Kalau saja dalam dunia ini seorang Eve benar-benar nyata, maka ia merupakan manusia paling rumit di dunia ini (easily!). Mungkin ini adalah salah satu peran tersulit yang pernah ada. Dia adalah bintang sejati.
Bette Davis? "And she gave the performance of her life," seperti kata Mr. Addison. Jika Anne Baxter merupakan bintang, maka Bette Davis adalah mega bintang. Jika ada Davis di layar, Anne Baxter dan yang lain tampaknya harus minggir sebentar, karena sesaat lagi Davis akan mempertontonkan talentanya yang luar biasa. Sebagai Margo Channing, ia seorang scene-stealer, kharismatik, banyak omong, populer, insecure, b*tchy, paranoid, namun ajaibnya sanggup mengambil rasa simpati penonton. Di dukung oleh dialog-dialog tajamnya, Davis bagaikan bintang yang tak akan pernah mati. Tak benar bila ada yang mengatakan bahwa Bette Davis terlahir untuk memainkan Margo Channing, karena... Davis 'adalah' Margo Channing.
Hal yang sama juga ada dalam cast lainnya. Celeste Holm, sebagai Karen, adalah seorang 'jembatan' yang kokoh antara Margo dan Eve. Addison DeWitt alias George Sanders nailed his role dengan kesombongan dan kekuatan yang ia punya. Gary Merill bersama dengan Hugh Marlowe sebagai pria-pria dibalik Margo dan Karen, khususnya Merill yang berhasil menjadi Bill, yang bagaikan seorang pawang ular dalam menenangkat hati liar Margo. Di lain sisi, ada Thelma Ritter, yang meski kurang mendapat porsi yang cukup (satu-satunya kekurangan yang saya rasakan dari film ini), ia tetap memukau dengan penampilannya yang cukup komikal. Dan terakhir, walaupun hanya memerankan karakater yang perannya bahkan tak sebesar gambarnya di poster film, si cantik dan sensual Marilyn Monroe tentu tak bisa dilupakan, bukan?
Sebuah kemasan yang luar biasa komplit. Naskahnya adalah 'kitab suci' semua naskah di dunia ini, dengan dialog-dialog menyengat yang kreatif, cerdas, dan mengundang tawa. Mengangkat satu kisah dalam lingkup dunia teater mengenai obsesi, ambisiusitas, narsisme, rivalitas, betrayal, dan insecurity yang tak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata, suatu miniatur bagi Hollywood yang tanpa sadar telah menyentil dan mengupas setiap inci kultur glamor penus emas tersebut dengan satir-satirnya. Selagi Anne Baxter mampu membuat judul film ini benar-benar sesuai dengan isinya, ada Bette Davis yang bersinar, meledak-ledak, dan menghipnotis siapa saja, bahkan membuat saya tak keberatan jika film ini berubah judul sesaat menjadi 'All About Margo Channing' (asal third act dengan twist film ini ditiadakan, btw, what a twist!). Segera tonton film ini, sebelum anda berubah pikiran, dan... mau saran? Fasten your seatbelts, it's going to be an exciting experience!
0 comments:
Post a Comment