"Help each other. Love everyone. Every leaf. Every ray of light. Forgive." ~ Mrs. O'Brien
Nama Terrence Malick memang tidaklah menggaung seperti Martin Scorsese atau pun Stanley Kubrick. Terang saja, sejak awal karirnya, tahun 1969, hingga saat ini ia baru menghasilkan 6 buah film, belum termasuk 4 proyek film lainnya yang ia sutradarai. Terrence Malick bukan hanya dikenal sebagai sutradara, ia juga dikenal dengan kemampuannya menulis naskah film. Ya, seluruh film yang ia sutradarai memang semua naskah ia tulis sendiri. The Tree of Life merupakan salah satu diantaranya.
The Tree of Life memulai kisahnya dengan narasi-narasi puitis. Oleh Malick, kita disajikan kisah tentang Jack (Sean Penn) yang mengajak kita kembali ke dalam kenangan kecilnya, di sekitar tahun 1950, dimana ada keluarganya yang religius, yang terdiri dari seorang ayah yang keras dan disiplin tinggi (namun kadang juga menunjukkan sifat lembut sebagai seorang ayah), Mr. O'Brien (Brad Pitt) serta ibu yang lembut dan penyayang, Mrs. O'Brien (Jessica Chastain). Selain bersama kedua orang tuanya, ia juga tinggal dengan dua adiknya. Di masa itu, Jack dan kedua adiknya memang hidup dibawah kedisiplinan tinggi yang ditegaskan oleh ayahnya, yang akhirnya menumbuhkan rasa berontak di dalam diri Jack.
The Tree of Life memang film yang gak biasa. Di saat film-film lain bercerita dengan dialog-dialog panjang, Malick malah lebih memilih bercerita lewat dengan visualisasi indah serta narasi puitis dan dialog minim. Seakan, visualisasi dalam film ini sudah cukup berbicara banyak untuk isi filmnya ketimbang lewat dialog-dialog serba panjang.
Film ini juga bercerita dengan alur maju mundur, tentang kehidupan Jack di masa kecil (sekitar tahun 1950) dan tentang kehidupannya di masa ia dewasa. Ada dua hal sebenarnya yang membuat saya agak bingung tentang film ini. Yang pertama adalah endingnya yang membingungkan. Kedua, mungkin merupakan yang paling aneh dan agak mengingatkan saya dengan film 2001: A Space Odyssey, mengapa ada dinosaurus muncul di tengah-tengah film?
Sperti yang saya bilang tadi, The Tree of Life banyak dihiasi oleh visualisasi-visualisai cantik. Tentu saja, visual-visual indah itu tak akan dapat 'berbicara' jika hanya dengan modal sinematografi asal-asalan. Sinematografi dalam film ini memang indah dan ciamik tapi dengan tetap tidak meninggalkan kesan aneh dan uniknya. Memang seperti film-film sebelumnya yang ia sutradarai, sinematografi indah seakan menjadi 'trademark' milik Terrence Malick. Mau bukti? Sekali kemenangan dan 3 nominasi Oscar untuk Best Cinematography tampaknya telah mampu berbicara banyak.
Film ini memang tak bertujuan untuk memamerkan kualitas akting tiap pemainnya, karena memang lebih fokus ke visualisasi ceritanya. Tapi dengan begitu, bukan berarti setiap aktor atau aktris dalam film ini berakting buruk. Seperti biasa, Brad Pitt kembali menampilkan penampilan terbaiknya, dan menurut saya, (sangat) layak untuk dinominasikan Oscar untuk Best Actor (meski kenyataannya tidak). Akting memukau juga ditampilkan aktris muda Jessica Chastain yang berperan sebagai istri Brad Pitt, meski tak mendapat porsi yang terlalu banyak. Sean Penn, yang juga ikut bermain dalam film ini juga rasanya tak bisa terlalu mengeskplorasi aktingnya karena memang ia hanya kebagian porsi yang sedikit dalam film ini. Tentu saja, saya tak melupakan Hunter McCracken, yang juga menampilkan akting yang begitu memukau.
Film karya Malick ini memang tidak ditujukan untuk semua orang. Bisa dibilang, film ini bukanlah tipe film yang enjoyable. Beberapa orang bilang film ini merupakan sebuah masterpiece, keren, jenius, cerdas, unik, dan kawan-kawannya. Tapi, beberapa orang lainnya juga ada yang bilang film ini aneh, membosankan, gak jelas, bikin ngantuk (atau bahkan sampai tertidur pulas), dan lain-lain. Tapi, bagi saya film ini memang keduanya. Unik, cerdas, keren, indah, tapi di sisi lain memang (agak) membosankan. Ya, sekitar 30-40 menit awal rasa bosan itu memang ada, tapi entah dari mana datangnya, lama-kelamaan saya mulai menikmati film ini dan berganti ke rasa kagum saya terhadap Terrence Malick.
The Tree of Life memang bercerita tentang kehidupan, tentang sebuah penerimaan terhadap takdir tuhan, namun dengan kejeniusan Malick, ia menjabarkan semuanya menjadi sebuah visualisasi dan simbolisasi indah. Ya, film yang sarat akan nilai moral memang. Filmnya memang agak membosankan dimenit awalnya, namun biarkanlah Malick mengajak anda menuju sebuah perjalanan kehidupan yang penuh arti dan ikutilah semuanya dengan tenang, setenang alur film ini.
8.5/10
0 comments:
Post a Comment