"It's not easy to raise my hand and send a boy off to die without talking about it first." ~ Juri #8
Simple, sederhana, tapi menakjubkan. Kalimat yang pantas untuk 12 Angry Men. Sebuah film klasik tahun 1957 yang tak akan pernah lupa dalam ingatan. Memang tak ada yang lebih menyenangkan daripada menonton film klasik hitam putih seperti 12 Angry Man ini. 12 Angry Men, yang termasuk film low-budget ini memang benar-benar luar biasa, bahkan berhasil menerima 3 nominasi Oscar, termasuk Best Picture. Tanpa kita sadari, film ini juga seakaan menjadi sebuah bukti, bahwa tidak semua film bagus harus diiringi juga dengan budget besar-besaran.
'Menentukan' hidup mati seseorang. Ya, itulah tugas 12 juri sebuah persidangan tentang seorang remaja yang dituduh telah menikam ayahnya hingga tewas. 12 juri ini bertugas untuk merundingkan apakah remaja ini bersalah atau tidak, yang pastinya, seluruh juri ini terdiri atas latar belakang yang berbeda-beda. Oke, waktu voting dimulai. Sebelas juri menyatakan bahwa anak itu bersalah, sampai akhirnya satu suara menyatakan bahwa anak itu tak bersalah. Dia adalah Juri #8 (Henry Fonda). Ya, disaat hampir seluruh juri mengatakan remaja tersebut bersalah beserta berbagai bukti yang makin menguatkannya, Juri #8 malah menyatakan bahwa anak tersebut tak bersalah. Satu kontra sebelas. Siapa yang benar? Siapa yang salah? Bagaimana nasib anak tersebut?
Memang, film ini hanya bersetting di satu tempat. Kita juga hanya disajikan dialog antar pemainnya selama 96 menit penuh. Tapi, apakah itu membosankan? Tidak. Sidney Lumet, selaku sutradara benar-benar tahu bagaimana mengarahkan film yang sebenarnya sangat berpotensi untuk menjadi membosankan ini menjadi tontonan yang menarik tanpa kehilangan rasa kesederhanaan itu sendiri. Yang pasti , Sidney Lumet sangat berhasil untuk ini.
Satu lagi bagian yang menarik dari 12 Angry Men, jajaran pemainnya. Seluruh aktornya mampu bermain dengan begitu emosional dan maksimal. Lihat saja Henry Fonda sebagai Juri #8, yang seolah menjadi pahlawan penyelamat diantara keseluruh juri. Lalu si temperamen sekaligus karakter paling menyebalkan, Juri #3 yang diperankan Lee J. Cob. Tak ada yang perlu dikritik dari seluruh akting pemainnya. Sangat memukau.
Tentu saja, bukan hanya jajaran pemainnya yang layak untuk disimak. Masih ada dialog yang sebenarnya sangat memagang peranan penting dalam film klasik ini. Tak ada dialog yang sia-sia disini. Sama sekali. Cerdas, brilian, jenius. Apalagi ditambah para pemerannya yang memaikan setiap karakter dengan begitu meyakinkan dan emosional. Cerita simpel yang dibalut dengan performa para pemainnya yang maksimal dan dialognya yang brilian. Lengkaplah sudah.
12 Angry Men memang merupakan film dengan cerita yang simpel. Namun melalu tangan dingin Sidney Lumet, 12 Angry Men bukan hanya menjadi sebuah film drama biasa, namun menjadi sebuah masterpiece yang luar biasa. Seperti yang saya bilang tadi, 12 Angry Men memiliki jajaran pemain yang meyakinkan serta dialog yang 'wow'. Satu lagi, yang tak bisa kita lupakan dari film ini, pesan moral. Ya, film ini memang penuh dengan pesan moral yang sangat berarti. Jadi, siapa yang akan bisa melupakan dan melewatkan mahakarya seperti ini? Tentu saja tak ada.
9.0/10
0 comments:
Post a Comment