Wednesday, January 25, 2012

Tagged under: , , , ,

[Review] A Separation (2011)

"What is wrong is wrong, no matter who said it or where it's written." ~ Nader 

Sebenarnya, saya tidak terlalu tahu tentang industri film Iran. Mungkin inilah satu-satunya film Iran yang pernah saya tonton. Tapi berkat film inilah saya jadi penasaran dengan industri film Iran dan mengagumi sosok sutradaranya, Asghar Farhadi. 

A Separation mengisahkan tentang sepasang suami istri, Simin (Leila Hatami) dan Nader (Peyman Moadi) yang memutuskan untuk bercerai. Ini semua bermula saat Simin ingin pindah ke luar negeri untuk masa depan Termeh (Sarina Farhadi) putri mereka, sedangkan Nader menolaknya, dengan alasan bahwa ia tidak bisa meninggalkan ayahnya yang sedang mengalami alzheimer. Tapi, ternyata akibat dari semua ini tidaklah sesepele alasannya. Karena, dibaik ini semua, masih ada konflik besar yang 'menunggu' mereka. Semua itu bermula dari kejadian tersebut.


Hingga akhirnya muncullah Razieh (Sareh Bayat), pengasuh yang yang disewa Nader untuk mengurus ayahnya sepeninggal Simin ke rumah ibunya. Di sinilah konflik mulai melebar. Ya, siapa sangka, ternyata Asghar telah menyiapkan suatu konflik yang lebih dan lebih lagi di setiap detiknya, yang membuat setiap penontonnya merasa bimbang. Siapa yang salah? Siapa yang benar? Siapa yang telah berbohong? Dan siapa yang berkata jujur? Mengapa bisa begini? Mengapa bisa begitu. Yang pasti, A Separation merupakan sebuah film yang sebenarnya bertema cukup simpel, namun dengan plot yang kompleks. Plus dengan kenyataan yang cukup mengejutkan di akhirnya.


Dari jajaran castnya, semuanya mampu bermain dengan memukau. Peyman Moadi berhasil memerankan seseorang dengan sifat egois dan keras kepala. Begitu pula Sareh Bayat yang memerankan seorang pengasuh yang sangat berpegang teguh pada agama. Ia memerankan perannya dengan sangat meyakinkan sekaligus menyentuh.   


Tak ada karakter antagonis dalam film ini. Tapi, tak ada pula tokoh yang benar-benar protagonis dalam film ini. Semuanya digambarkan oleh Ashgar dengan hitam putih. Semuanya memilik sisi hitam dibalik sisi putihnya. Itu semua tak lepas dari ego yang dipertahankan masing-masing tokoh. Lihat saja Razieh, sosok religius diperlihatkan sangat patuh pada ajaran agama namun punya 'sesuatu' dibalik itu. Kemudian Nazer, si keras kepala dan egois, serta memiliki sifat berpendirian keras namun sebenarnya merupakan tokoh penyanyang. Simin, si wanita yang berkeinginan kuat. Hodjat, suami yang sangat temperamen, yang selalu berjuang demi istrinya. Tak ketinggalan pula Termeh, gadis yang juga ikut terhimpit dalam masalah pelik ini. Disaat simpati kita mulai muncul di salah satu tokohnya, sekejap itu pula simpati itu akan hilang. Begitu seterusnya. Tapi, justru itulah yang menjadi daya tarik film ini.

Sekali lagi, di sinilah kehebatan Asghar. Ia berhasil membuat sebuah film yang penuh dengan emosi tanpa menggunakan balutan scoring sama sekali. Tanpa tangisan mendayu-dayu. Tanpa drama yang terlalu didramatisir. Semuanya berjalan begitu tenang, dan tampak begitu nyata dan realistis. 


Jujur. Sebuah kata yang gampang untuk diucapkan namun sulit untuk dilakukan. Berangkat dari kata 'jujur' inilah Asghar Farhadi kemudian meraciknya menjadi A Separation. Di sinilah kita bisa melihat arti sebuah kata 'jujur' yang sebenarnya. Persimpangan antara kebohongan dan kejujuran. Antara hitam dan putih. Antara ego dan hati nurani. Semuanya digambarkan dengan sempurna. Ketakutan, kecemasan, kejujuran, kebohongan, agama, moral, hukum, menjadi satu. A Separation, tidak seperti yang saya bayangkan, benar-benar tampil dengan memukau!


9.0/10

0 comments:

Post a Comment